Kamis, 28 Januari 2016

AL-QUR’AN & RELATIVITAS WAKTU



Shobat semua pasti kenal yang namanya Albert Einstein. Ilmuwan dari Jerman yang sanga terkenal dengan rumus E=MC2. Karena teori inilah diciptakan sebuah mesin pembunuh yang dinamakan dengan bom atom. Meledak di Kota Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Karena bom ini kedua kota di Jepang ini hancur lebur hingga sekarang tidak bisa ditanami kecuali dengan menambahkan tanah baru di atasnya.
Albert Einstein mengemukakan suatu teori yang dinamakan dengan Teori Relativitas Waktu yang dikemukakannya pada tahun 1905. Satu dasawarsa kemudian, Einstein yang didaulat Majalah Time sebagai tokoh abad XX itu mencetuskan teori relativitas umum. Secara sederhana teori ini mengemukakan bahwa sebetulnya waktu bukanlah sesuatu yang tetap. Shobat menyangka bukan waktu yang ditunjukkan oleh jam adalah sama dan tetap dimanapun tempatnya. Namun ternyata menurut Albert Einstein waktu tidaklah absolutmelainkan bisa berubah tergantung keadaan. Sedangkan yang membuatnya berubah adalah gerak dan ruangnya.
Inti pemikiran kedua teori tersebut menyatakan dua pengamat yang bergerak relatif terhadap masing-masing akan mendapatkan waktu dan interval ruang yang  berbeda untuk kejadian yang sama. Kerelativan ini misalnya Shobat dengan teman Shobat yang naik kendaraan.
Shobat menyangka yang bergerak adalah teman dan mobil Shobat. Tapi coba tanyakan pada teman Shobat yang bergerak bukannya dia karena dia diam saja di dalam mobil yang bergerak adalah mobilnya dan Shobat dianggap bergerak olehnya karena Shobat semakin menjauh.



  
Teori ini sangat berkaitan dengan cahaya yang kecepatannya mencapai 300.000.000 m/s. Coba Shobat bayangkan lagi di antara pesawat Shobat dan permukaan bumi ada sebuah cermin yang selalu mengikuti kemanapun pesawat Shobat pergi. Jika Shobat menembakkan laser ke arah cermin dan dipantulkan kembali ke pesawat, dari sudut pandang Shobat laser tersebut terlihat bergerak lurus ke bawah ke arah cermin dan lurus kembali ke atas menuju pesawat. Tetapi dari sudut pandang saudara kembar Shobat laser tersebut tidak terlihat tegak lurus namun membentuk “V” karena saat pesawat menembak dan menerima kembali lasernya pesawat tersebut berada di dua posisi berbeda.
Disini letak keunikannya. Laser yang bergerak membentuk huruf “V” memiliki jalur yang lebih panjang dibanding laser yang bergerak tegak lurus. Kecepatan cahaya selalu sama. Berarti dari sudut pandang saudara kembar Shobat laser tersebut membutuhkan waktu lebih lama untuk kembali ke pesawat dibandingkan sudut pandang Shobat. Dan jika Shobat dan saudara kembar Shobat sama-sama menggunakan jam untuk mengukur waktu perjalanan laser tersebut, jam Shobat akan menunjukkan waktu yang lebih singkat daripada jam saudara kembar Shobat. Artinya jam Shobat bergerak lebih lambat dari sudut pandang saudara kembar Shobat. Dari sudut pandang Shobat kecepatan jam tetap sama. Perbedaan ini disebut dengan Time Dilation/Dilasi Waktu.
Lebih jelasnya lagi ada percobaan yang dinamakan dengan Kisah perjalanan Si Kembar atau  dilatasi waktu.
Twin Paradox adalah suatu theori hasil pemikiran  oleh Albert Einstein berbasis theori relativitas khusus yang sampai saat ini masih menjadi perdebatan para pakar fisika. Theori tersebut secara keseluruhan menggambarkan kisah perjalanan dua saudara kembar yang berpisah. Salah seorang dari saudara kembar (A) tersebut tinggal di Bumi dan saudara kembar lainnya (B) terbang keluar angkasa kesebuah planet di tata surya yang jauh dengan kecepatan cahaya dan kembali ke bumi dengan kecepatan yang sama. Setelah mereka bertemu kembali di bumi mereka menemukan fakta bahwa umur si kembar yang mengadakan perjalanan (B) lebih muda daripada umur saudaranya (A) yang tetap tinggal di bumi, disebabkan si B mengalami phenomenon time dilation atau fenomena dilatasi waktu  dalam perjalanannya.



 


Time dilation (dilatasi waktu) adalah fenomena, dimana seorang Observer di satu titik melihat, bahwa jam dari orang yang bergerak dengan cepat menjadi lebih lambat (atau cepat), sebenarnya hal tersebut tergantung dari frame of reference di mana dia berada. Time dilation dapat di ketahui hanya apabila kecepatan mengarah kepada kecepatan cahaya dan sudah dibuktikan secara akurat dengan unstable subatomic particle dan precise timing of atomic clocks.
Sebetulnya apa yang Kamus kemukakan di atas adalah sebuah penemuan yang sama sekali tidak mengejutkan umat Islam, sebab jauh 11 abad sebelum teori relativitas waktu dikemukakan Albert Einstein, ada tokoh Islam yang bernama Al-Kindi telah memberikan teori ini dalam sebuah bukunya. Untuk lebih jelasnya baca rubrik Tokoh Islam.
Hal ini tentu tidak mengherankan karena di dalam al-Qur’an telah ada beberapa ayat yang berbicara tentang relativitas waktu:
“Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu menurut perhitunganmu.” (Al Qur’an, 22:47)
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.” (Al Qur’an, 32:5)
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.” (Al Qur’an, 70:4)
Dalam sejumlah ayat disebutkan bahwa manusia merasakan waktu secara berbeda, dan bahwa terkadang manusia dapat merasakan waktu sangat singkat sebagai sesuatu yang lama:
“Allah bertanya: ‘Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?’ Mereka menjawab: ‘Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.’ Allah berfirman: ‘Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui’.” (Al Qur’an, 23:122-114)
Fakta bahwa relativitas waktu disebutkan dengan sangat jelas dalam Al Qur’an, yang mulai diturunkan pada tahun 610 M, adalah bukti lain bahwa Al Qur’an adalah Kitab Suci.
Apalagi kalau Shobat mengingat lagi kisah Isra’ Mi’raj Nabi SAW. Dalam semalam menempuh perjalanan begitu jauh. Ke sidratul muntaha, bukankah tempat ini adalah tempat terjauh dari yang terjauh?
 Karena kebenaran Al-Qur’an itu, konon diakhir hayatnya Einsten secara diam-diam juga telah  memeluk agama Islam. Dalam sebuah tulisan, Einstein mengakui kebenaran Al-Quran. “Al-Quran bukanlah buku seperti aljabar atau geometri. Namun, Al-Qur’an adalah kumpulan aturan yang menuntun umat manusia ke jalan yang benar. Jalan yang tak dapat ditolak para filosof besar,” ungkap Einstein.  Wallahualam...(Heri Ruslan dan beberapa sumber lainnya)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang

Anda masuk ke dalam komunitas Majalah Kamus,majalah yang dikelola oleh Siswa-siswi MI. MTs.MA. Al-Musthofa Canggu Jetis Mojokerto