Istilah “6S” tak asing di
telinga kita. Al-Musthofa pasti mengajarkan kode etik. Namun, apakah stabilitas
penerapan 6S masih dijunjung tinggi oleh setiap siswa? Apakah Shobat mengetahui
definisi 6S yang sesungguhnya?
Kamus turun langsung ke lapangan menelusuri
masalah 6S. Kamus interview Shobat tentang 6S di kalangan Al-Musthofa.
Ternyata berdasarkan prosentasi,
memang ada yang tidak mengetahui arti 6S. 21.5% siswa tidak tahu makna 6S
karena malas menghafal, selain itu ada juga baru masuk Al-Musthofa. Adapun
siswa yang faham. Sebanyak 78.5% siswa mengetahui makna dari 6S.
Pertanyaannya, Apakah Shobat
sudah menerapkan 6S? Survei menjawab ada 52,5% siswa Al-Musthofa sudah
menerapkannya. Sebaliknya, sebanyak 18,5% siswa menerapkan sebagian. Sayangnya,
masih ada 21% siswa belum menerapkannya.
Penerapan 6S juga mereformasi
kualitas pendidikan. 6S juga memiliki visi membentuk karakter yang berakhlakul
karimah. Bagi 88% siswa sepakat dengan
argumen ini. Alasannya, dapat melatih dan mengajarkan budi pekerti yang bermutu
bagi seorang pelajar. Sisanya 12% berpendapat tidak setuju. Kata mereka 6S
tidak penting dan malas untuk menerapkannya.
Seperti yang kita ketahui, di Al-Musthofa
telah menerapkan 6S. 6S merupakan singkatan dari sapa, salam, salaman, senyum,
sopan, dan santun. Kita dapat mengamalknannya dimana saja. Baik di dalam
sekolah maupun di luar sekolah. Ada 40% siswa menerapkan nilai 6S dimana saja.
Namun 60% siswa memilih hanya menerapkan di Madrasah. Mungkin bagi yang lebih
memilih menerapkan di Madrasah di latar belakangi karena menghindari kasus.
Padahal Shobat, 6S ini bagus untuk membentuk karakter siswa yang baik.
Menerapkan 6S sebenarnya tidak sulit. Tergantung pribadi pada setiap insan. Hal
ini dibuktikan bahwa 64,3% siswa senang menerapkannya, karena sudah menjadi
kebiasaan sehari-hari. Sebagian besar 35,7% berat hati untuk menerapkan 6S.
Tunggu! Shobat, 6S pasti
memiliki visi yang bermutu. Untuk siapa tujuan 6S? Bagi 11,9% siswa 6S berguna
untuk diri sendiri. Bahkan, 19,9% merasa 6S lebih penting untuk guru. Sedangkan
sebanyak 76,2% menyatakan 6S paling benar untuk semua orang.
“Kacang tidak meninggalkan kulitnya”. Seperti
cerminan pundi-pundi kebaikan. Siapakah yang menjadi cerminan 6S? 19% kamu
cocok sebagai panutan 6S. Sedangkan 19% berpendapat teman kita dijadikan
sebagai tolok ukur penerapan 6S. Prosentasi siswa yang setuju bahwa guru
dijadikan contoh 6S sebanyak 62%.
Di sekolah pasti ada yang
melanggar norma-norma peraturan. Entah melanggar di dalam sekolah atau di luar
sekolah. Terkadang, ada juga siswa terjerumus berbuat hal-hal negatif bersama
ajakan jelek temannya. Apakah Shobat
pernah melanggar 6S? Atau apakah Shobat pernah melihat guru atau teman yang
melanggar peraturan 6S? 25,5% siswa pernah melakukan pelanggaran. Ada 66% siswa
menjadi saksi pelanggaran 6S terhadap perbuatan temannya. Dan ada juga 19,5%
siswa pernah melihat guru melanggar 6S.
Siswa juga bersikap kritis jika
melihat temannya yang melanggar peraturan. Seperti 71,4% siswa menasehati
temannya yang melanggar peraturan. Ada 16,7% siswa melaporkan insiden ketika
temannya melanggar peraturan. Sebaliknya, 11,9% siswa membiarkan temannya yang
melakukan pelanggaran.
Menurut Shobat 6S merupakan
tata cara untuk membentuk karakter siswa yang berakhlakul karimah serta
disiplin. Nilai dari 6S juga dapat menjalin silahturahmi terhadap sesama
saudara.
Jadi
saran Kamus, Shobat lebih baik mengamalkan 6S. Baik di mana saja, kapan saja,
dan dengan siapapun. Mengeksplorasikan diri menjadi pribadi yang berakhlak
budiman. (AA,SI,FD)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar