Kamis, 06 Februari 2014

Menulis Butuh Komitmen



Oleh: Lirohmatin W. (XII-IPA) dan Harirotul M. (XI-IPA)

Sampai detik ini, tidak ada yang tidak tahu tentang sastra terutama puisi, cerpen dan kawan-kawannya hampir di setiap lembar buku, majalah dan koran, ada saja yang menjadi sampiran atau menyiapkan kolom sastra. Bahkan menjadi tulisan wajib dalam buku bahasa dan sastra Indonesia. Akan tetapi tidak semua orang berbakat untuk menjadi seorang penulis. Bakat sendiri adalah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang tanpa harus melalui proses belajar dan bayar mahal, melainkan sesuatu dalam pribadi orang tersebut menjadi pemberian dari Tuhan.
Apa mungkinmenulis memerlukan bakat? Yang kita tahu menulis itu bukan bakat tapi kebiasaan yang terlatih. Kebiasaan yang harus diasah terus-menerus. Bahkan bisa dilatih setiap hari. Menulis adalah sebuah kreativitas. Dia bukan hanya sekedar keterampilan. Kreativitas menulis akan tumbuh kalau otak kita dirangsang untuk menciptakan sesuatu. Menciptakan sesuatu yang berbeda dan belum pernah dituliskan oleh orang lain.

Terlatih untuk menulis memang butuh perjuangan. Bukan hanya perjuangan untuk melawan diri sendiri tapi juga perjuangan untuk dapat diterima oleh masyarakat pembaca.Dengan menulis kita dapat menyampaikan apa yang ada dalam otak kita menjadi kata-kata yang bermakna. Dengan menulis kita berusaha memberikan informasi kepada orang lain. Informasi yang mungkin saja sangat dibutuhkan. Bahkan mungkin informasi yang sedang ditunggu-tunggu dan dirindukan.
Menulis juga butuh komitmen. Menurut pengertian, komitmen adalah sikap kesediaan diri untuk memegang teguh visi, misi serta kemauan untuk mengerahkan seluruh usaha dalam melaksanakan tugas. Dalam hidup, semua kegiatan harus dilandasi sebuah komitmen yang jelas, agar tujuan yang ingin dicapai bisa terwujud dengan sempurna. Begitupun dengan menulis, baik itu menulis fiksi atau nonfiksi.
Akan tetapi, sangat disayangkan bahwa kebiasaan yang satu ini sering dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. Padahal apabila ditelisik satu persatu manfaat dari kebiasaan ini, tak cukup selesai dibahas dalam sekali penerbitan majalah tercinta kita ini. Banyak yang mengatakan menulis atau menciptakan karya tulis itu sangat menyita waktu, mengganggu aktivitas yang lain.
Shobat tahu Andrea Hirata, Habiburahman al-Farizi, Taufiqurrahman Al-Azizy tidak? Mereka bertiga adalah penulis terkenal yang karya tulisnya tak dapat diragukan lagi. Mereka bisa berkeliling dunia karena karya tulisnya. Tidakkah Shobat ingin seperti mereka? Hebat sekali Mus. Ya jelas lah Shob. Menulis adalah salah satu bentuk pengungkapan atau ekspresi apa yang ada pada jiwa setiap insan. Tak sedikit kan yang punya buku diary dirumah? Coretan-coretan ungkapan hati yang Shobat tuangkan itu sudah bisa dikatakan dengan karya tulis. Jiwa sebagai seorang penulis bisa kita asah dengan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada didepan mata. Sekolah tercinta kita ini sangat berpartisipasi dalam mengembangkan kemampuan atau skill dari setiap siswanya. Buktinya saja sekolah kita punya ekstra jurnalistik Majalah  Kamus yang diterbitkan continue setiap 3 bulan sekali. Sangat sia-sia bila Shobat tidak ikut bergabung di Kamus  tercinta ini. Banyak pelajaran yang bisa kita dapatkan, karena kita bisa membuka jendela pengetahuan.
Membuat karya tulis tidaklah sulit untuk dilakukan. Berawal dari ketekunan dan punya keinginan untuk maju, itu sudah cukup menjadi nilai plus bagi seorang penulis. Salah bila ada yang mengatakan membuat karya tulis sangatlah menyita waktu juga mengganggu aktivitas lainnya. Kalu ada yang berpendapat seperti itu, bagaimana dengan Andrea Hirata, Habiburrahman Al-Farizi juga Taufiqurrahman Al-Azizy yang sebagian besar waktu mereka habiskan membuat karya tulis untuk para penikmat yang haus dengan buah karyanya? Sedangkan mereka punya banyak tanggung jawab terhadap keluarga, hayo bagaimana? Kita sebagai pelajar akan menjadi penerus mereka berdua. Membuat karya tulis yang bisa membuat penikmatnya mengatakan “Oh, aku betul ini pasti buah karya Paijo,” “Aku tahu betul ini karya Paijo dari karakter penulisannya, sangat memuaskan.” Itu patut kita dambakan. Mengapa demikian? Karena apabila penikmat buah karya kita mengatakan hal itu, tak dapat dipungkiri bahwa karya tulis kita sudah masuk dalam memori ingatannya, kita pun akan mudah dikenali.
Membuat karya tulis juga tidak hanya memberi keuntungan untuk kita dalam memperbanyak pengalaman saja, namun bisa menjadi ladang untuk menambah penghasilan. Bayangkan apabila kita telah meluncurkan sebuah buku, harga per bukunya adalah Rp. 50.000. buku tersebut kita cetak menjadi beribu-ribu buku untuk kita pasarkan ke seluruh Indonesia bahkan kita ekspor (terjemahkan) ke luar negeri. Berapa hasil yang kita dapatkan dari satu macam buku yang kita luncurkan itu? Besar bukan omzetnya? Maka dari itu jangan berhenti untuk bermimpi dan berusaha mewujudkannya supaya cita-cita tidak tinggal cita-cita
Selain kita dapat meraup banyak pengalaman dan penghasilan dari menulis. Ada banyak lagi manfaat dari menulis. Berikut Shobat manfaat yang dapat kita ambil dari kebiasaan menulis:
1.    Mencegah Kepikunan
Menulis erat sekali kaitannya dengan kerja otak. Sebagaimana tubuh membutuhkan olahraga, dan hati butuh ibadah, otak juga butuh olahraga. Dan olahraga otak dengan melatihnya terus berfikir positif. Bagaimana agar otak tetap berfikir positif? Diantaranya dengan membiasakan menulis, mengungkapkan apa yang terpikir lewat tulisan, dengan kebiasaan inilah otak terus bekerja, terlebih juga menulis sebuah tulisan ilmiah, otak akan lebih bekerja lagi dalam mengumpulkan beragam referensi untuk menjadi sebuah tulisan. Jika terus demikian maka otak tidak akan pikun nantinya, tidak menjadi pelupa disaat tua, karena ibarat pedang, semakin diasah dan digunakan, ia semakin baik dan tajam, begitu pula dengan otak kita.
2.    Instrumen Perekam Jejak Sejarah
Menulis adalah satu dari sekian banyak instrumen perekam jejak sejarah, dan wasilah ini yang paling banyak tersebar dan mudah didapat. Kita mengenal kehidupan para Nabi, ulama, orang-orang besar, asal usul suatu negeri, dan yang lainnya adalah lewat tulisan. Jika kita hendak merekam sesuatu, cukuplah tuangkan lewat tulisan. Inilah cara klasik yang takkan pernah tergantikan oleh apapun, menulis dan tulisan akan selalu ada dan tetap ada.

3.    Instrumen untuk menjaga ilmu, pendapat, pemikiran, opini dan argumen dari keraiban dan untuk menyebarkan secara lebih luas
Tersebarnya beragam madzab Fiqih di belahan dunia adalah lewat tulisan dan kerja keras para ulama dalam membukukan pendapat dan argumen mereka lewat menulis. Tanpa usaha keras ulama untuk menulisnya, mungkin kita tak akan pernah mengenal pemikiran-pemikiran mereka. Sudah hal maklum bahwa kekuatan otak mengingat sesuatu sangatlah terbatas dan satu-satunya jalan mengabadikan apa yang pernah terpikirkan, terlebih sebuah ilmu yang bermanfaat bagi yang lain adalah lewat menulis, sampai manusia-manusia super jenius pun tak melewatkan hal ini. Semisal Imam Bukhori, Imam Muslim, Imam Ahmad, Imam Malik, Ibnu Hajar, Imam Thobari dan yang lainnya. Mereka tak cukup hanya mengandalkan kekuatan hafalan dan ingatan hanya terbatas pada usianya, dan disaat usia berakhir, berakhir pula manfaat ilmu yang selama ini dimilikinya. Adapun tulisan akan terus memberikan manfaat yang lain sampai bergenerasi banyaknya meski sang penulis sudah lama tiada terkubur dalam tanah. Tulisan ini ibarat dirinya masih hidup, terus menjadi guru dan bisa menebarkan ilmunya pada yang lain.
4.    Media dakwah yang sangat bermanfaat
Tulisan adalah salah satu media dakwah yang dapat bermanfaat dan daya sebarnya luas, terlebih di zaman berteknologi canggih seperti sekarang ini. Kita bisa menulis sebuah ilmu, dan sesaat itu pula tulisan kita bisa dibaca dan terambil faedahnya oleh mereka yang tinggal jauh di benua lain. Jadikanlah menulis sebagai kegiatan rutinitas keseharian, media dakwah tanpa harus terjun langsung ke objek dakwah, baik menulis diatas kertas atau dilembaran-lembaran dunia maya. Dan menulis ini akan melengkapi usaha dakwah kita dimasyarakat, karena hasil menulis berupa ilmu-ilmu yang terbukukan baik di dunia nyata atau di dunia maya masih bisa dimanfaatkan mereka di rumahnya masing-masing, dibaca, ditelaah, disimpulkan dan bisa menjadi bahan diskusi langsung. Menulis adalah media dakwah yang tak boleh ditinggal oleh para penyeru kebenaran dan kebijakan. Dengan menulis berarti kita sedang mencetak dan membina asisten, setelah tiada, hasil tulisan semasa hidup, dialah yang akan menjadi asisten dan pengganti untuk menebarkan ilmu-ilmu yang kita miliki.
5.    Menulis adalah media belajar

Belajar bukanlah hanya mendengar dan membaca. Tidak lengkap rasanya belajar tanpa menulis. Kurang lengkap rasanya ilmu yang terpunya kosong dari menulis. Lihatlah kisah hidup para ulama salaf, para ulama kontemporer, para dosen dan ustadz, orang-orang besar dan para pemimpin didunia. Sampai orang tersibukpun dalam bisnis dan niaga, hidup mereka tak lepas dari menulis. Menulis adalah media belajar, dengan menulis akan mendorong dan menuntut kita menyerap, menggali dan mengumpulkan informasi yang sebanyak-banyaknya untuk menopang tema yang hendak ditulisnya, baik informasi yang besifat teoritis atau berupa fakta yang terjadi. Saat mencari dan mengumpulkan informasi inilah kita sebenarnya sedang tenggelam dalam dunia belajar, sedang mengasah dan mempertajam otak juga pikiran, sedang mengembangkan diri juga meningkatkan kemampuan, sedang belajar bijak dan santun dalam berfikir.
6.    Menulis akan membuat hidup produktif dan usia tak terbuang sia-sia
Banyak orang beranggap menulis membosankan, hidup tak berseni dan hanya milik mereka yang suka menyendiri. Ini adalah anggapan yang sangat keliru sekali. Hanya mereka para pemalas, orang-orang bodoh, para pengglamour dunia yang beranggap bodoh seperti itu. Justru dengan menulis membuat hidup produktif, usia lebih bermanfaat tak terbuang sia-sia. Dengan menulis wawasan terus bertambah, detik-detik hayatnya terisi sesuatu yang bermanfaat bagi diri dan orang lain.
7.    Menulis membentuk pribadi yang bijak dan santun
Dengan menulis kepribadian si penulis akan semakin bijak dan santun. Karena ia telah belajar banyak dan akan terus belajar disaat dirinya terus mengembangkan tulisannya. Bukan hanya belajar dan faedah ilmu serasa mentah-mentah, tapi ia juga banyak belajar dari gaya bahasa dan format tulisan yang menjadi referensi tulisannya. Ini adalah hal yang tak dapat terpisahkan, sedikit banyak pasti akan tertarik dan terpengaruh oleh gaya bahasa dengan gaya penyampaian seseorang, terlebih kita pasti berharap tulisannya menarik sikap bijak atau santun dapat dizahirkan dalam tulisan, juga kan berpengaruh pada pribadi dan sikap keseharian. Saat itu, bukan hanya belajar dari tulisan orang lain, juga banyak belajar dari ilmu yang selama ini dituliskan.
8.    Menulis akan menghasilkan ide-ide baru
Dengan menulis seseorang akan berfikir dan terus berusaha mengembangkan pemahamannya dan kemampuan dirinya. Motivasi inilah yang akan mendobrak untuk menemukan ide-ide baru. Karena disaat terjun dalam dunia menulis, kita terus tertantang membuat gebrakan baru untuk menelurkan ide-ide dan gagasan terbaru. Ide-ide baru pasti akan antri untuk tertuliskan.
9.    Menulis adalah salah satu media komunikasi terbaik
Menulis bisa dijadikan sebagai media komunikasi yang terbaik. Media untuk menyampaikan apa yang kita inginkan, menyebarkan apa yang kita gagaskan dan mengajak orang lain serta menggiring mereka untuk ikut berfikir dan berkembang. Agar tulisan yang ditulis benar-benar berbekas dan bermanfaat bagi yang lain, menjadi sebuah media komunikasi yang baik, awalilah tulisan itu dengan niat yang baik pula, semata-mata mengharap pahala dan keridhoan-Nya.
10.  Menulis akan melatih diri siap dikritik dan dievaluasi oleh yang lain serta melatih pemecahan sebuah masalah
Menulis adalah media untuk menelurkan gagasan, menyampaikan ide-ide, dan mengkisahkan apa yang terpikirkan. Disaat gagasan dan ide-ide itu tersebarkan dan terbaca oleh khalayak ramai, disaat itulah beragam opini akan muncul, entah itu disetujui atau berupa penegasan ataupun sanggahan. Saat itulah pikiran kan terlatih untuk menerima kritik dan evaluasi orang lain.
Jadi, mari menulis. Bagus atau tidak bukanlah sebuah standar. Jika komitmen kita menulis adalah untuk berlatih, berlatih dan berlatih, semuanya akan mengalir seperti air, mari menulis!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang

Anda masuk ke dalam komunitas Majalah Kamus,majalah yang dikelola oleh Siswa-siswi MI. MTs.MA. Al-Musthofa Canggu Jetis Mojokerto