Oleh: Lirohmatin W. (XII-IPA) dan
Harirotul M. (XI-IPA)
Sampai detik ini, tidak ada yang
tidak tahu tentang sastra terutama puisi, cerpen dan kawan-kawannya hampir di
setiap lembar buku, majalah dan koran, ada saja yang menjadi sampiran atau menyiapkan
kolom sastra. Bahkan menjadi tulisan wajib dalam buku bahasa dan sastra
Indonesia. Akan tetapi tidak semua orang berbakat untuk menjadi seorang
penulis. Bakat sendiri adalah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang tanpa harus
melalui proses belajar dan bayar mahal, melainkan sesuatu dalam pribadi orang
tersebut menjadi pemberian dari Tuhan.
Apa mungkinmenulis memerlukan
bakat? Yang kita tahu menulis itu bukan bakat tapi kebiasaan yang terlatih.
Kebiasaan yang harus diasah terus-menerus. Bahkan bisa dilatih setiap hari.
Menulis adalah sebuah kreativitas. Dia bukan hanya sekedar keterampilan.
Kreativitas menulis akan tumbuh kalau otak kita dirangsang untuk menciptakan
sesuatu. Menciptakan sesuatu yang berbeda dan belum pernah dituliskan oleh
orang lain.
|
Menulis juga butuh komitmen.
Menurut pengertian, komitmen adalah sikap kesediaan diri untuk memegang teguh
visi, misi serta kemauan untuk mengerahkan seluruh usaha dalam melaksanakan
tugas. Dalam hidup, semua kegiatan harus dilandasi sebuah komitmen yang jelas,
agar tujuan yang ingin dicapai bisa terwujud dengan sempurna. Begitupun dengan
menulis, baik itu menulis fiksi atau nonfiksi.
Akan tetapi, sangat disayangkan
bahwa kebiasaan yang satu ini sering dipandang sebelah mata oleh sebagian
orang. Padahal apabila ditelisik satu persatu manfaat dari kebiasaan ini, tak
cukup selesai dibahas dalam sekali penerbitan majalah tercinta kita ini. Banyak
yang mengatakan menulis atau menciptakan karya tulis itu sangat menyita waktu,
mengganggu aktivitas yang lain.
Shobat tahu Andrea Hirata,
Habiburahman al-Farizi, Taufiqurrahman Al-Azizy tidak? Mereka bertiga adalah
penulis terkenal yang karya tulisnya tak dapat diragukan lagi. Mereka bisa
berkeliling dunia karena karya tulisnya. Tidakkah Shobat ingin seperti mereka?
Hebat sekali Mus. Ya jelas lah Shob. Menulis adalah salah satu bentuk
pengungkapan atau ekspresi apa yang ada pada jiwa setiap insan. Tak
sedikit kan yang punya buku diary dirumah? Coretan-coretan ungkapan hati yang
Shobat tuangkan itu sudah bisa dikatakan dengan karya tulis. Jiwa sebagai
seorang penulis bisa kita asah dengan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada
didepan mata. Sekolah tercinta kita ini sangat berpartisipasi dalam
mengembangkan kemampuan atau skill dari setiap siswanya.
Buktinya saja sekolah kita punya ekstra jurnalistik Majalah Kamus
yang diterbitkan continue setiap 3 bulan
sekali. Sangat sia-sia bila Shobat tidak ikut bergabung di Kamus tercinta ini. Banyak
pelajaran yang bisa kita dapatkan, karena kita bisa membuka jendela
pengetahuan.
Membuat karya tulis tidaklah
sulit untuk dilakukan. Berawal dari ketekunan dan punya keinginan untuk maju,
itu sudah cukup menjadi nilai plus bagi seorang penulis. Salah bila ada yang
mengatakan membuat karya tulis sangatlah menyita waktu juga mengganggu
aktivitas lainnya. Kalu ada yang berpendapat seperti itu, bagaimana dengan
Andrea Hirata, Habiburrahman Al-Farizi juga Taufiqurrahman Al-Azizy yang
sebagian besar waktu mereka habiskan membuat karya tulis untuk para penikmat
yang haus dengan buah karyanya? Sedangkan mereka punya banyak tanggung jawab
terhadap keluarga, hayo bagaimana? Kita sebagai pelajar akan menjadi penerus
mereka berdua. Membuat karya tulis yang bisa membuat penikmatnya mengatakan
“Oh, aku betul ini pasti buah karya Paijo,” “Aku tahu betul ini karya Paijo
dari karakter penulisannya, sangat memuaskan.” Itu patut kita dambakan. Mengapa
demikian? Karena apabila penikmat buah karya kita mengatakan hal itu, tak dapat
dipungkiri bahwa karya tulis kita sudah masuk dalam memori ingatannya,
kita pun akan mudah dikenali.
Membuat karya tulis juga tidak
hanya memberi keuntungan untuk kita dalam memperbanyak pengalaman saja, namun
bisa menjadi ladang untuk menambah penghasilan. Bayangkan apabila kita telah
meluncurkan sebuah buku, harga per bukunya adalah Rp. 50.000. buku tersebut
kita cetak menjadi beribu-ribu buku untuk kita pasarkan ke seluruh Indonesia
bahkan kita ekspor (terjemahkan) ke luar negeri. Berapa hasil yang kita
dapatkan dari satu macam buku yang kita luncurkan itu? Besar bukan omzetnya?
Maka dari itu jangan berhenti untuk bermimpi dan berusaha mewujudkannya supaya
cita-cita tidak tinggal cita-cita
Selain kita dapat meraup banyak
pengalaman dan penghasilan dari menulis. Ada banyak lagi manfaat dari menulis.
Berikut Shobat manfaat yang dapat kita ambil dari kebiasaan menulis:
1.
Mencegah Kepikunan
Menulis erat sekali kaitannya dengan
kerja otak. Sebagaimana tubuh membutuhkan olahraga, dan hati butuh ibadah, otak
juga butuh olahraga. Dan olahraga otak dengan melatihnya terus berfikir
positif. Bagaimana agar otak tetap berfikir positif? Diantaranya dengan
membiasakan menulis, mengungkapkan apa yang terpikir lewat tulisan, dengan
kebiasaan inilah otak terus bekerja, terlebih juga menulis sebuah tulisan
ilmiah, otak akan lebih bekerja lagi dalam mengumpulkan beragam referensi
untuk menjadi sebuah tulisan. Jika terus demikian maka otak tidak akan pikun
nantinya, tidak menjadi pelupa disaat tua, karena ibarat pedang, semakin diasah
dan digunakan, ia semakin baik dan tajam, begitu pula dengan otak kita.
2.
Instrumen Perekam
Jejak Sejarah
Menulis adalah satu dari sekian banyak
instrumen
perekam jejak sejarah, dan wasilah ini yang paling
banyak tersebar dan mudah didapat. Kita mengenal kehidupan para Nabi, ulama,
orang-orang besar, asal usul suatu negeri, dan yang lainnya adalah lewat
tulisan. Jika kita hendak merekam sesuatu, cukuplah tuangkan lewat tulisan.
Inilah cara klasik yang takkan pernah tergantikan oleh apapun,
menulis dan tulisan akan selalu ada dan tetap ada.
3.
Instrumen untuk
menjaga ilmu, pendapat, pemikiran, opini dan argumen dari
keraiban dan untuk menyebarkan secara lebih luas
Tersebarnya beragam madzab Fiqih di
belahan dunia adalah lewat tulisan dan kerja keras para ulama dalam membukukan
pendapat dan argumen mereka lewat menulis. Tanpa usaha keras ulama untuk
menulisnya, mungkin kita tak akan pernah mengenal pemikiran-pemikiran mereka.
Sudah hal maklum bahwa kekuatan otak mengingat sesuatu sangatlah terbatas dan
satu-satunya jalan mengabadikan apa yang pernah terpikirkan, terlebih sebuah
ilmu yang bermanfaat bagi yang lain adalah lewat menulis, sampai manusia-manusia
super jenius pun tak melewatkan hal ini. Semisal Imam Bukhori, Imam Muslim,
Imam Ahmad, Imam Malik, Ibnu Hajar, Imam Thobari dan yang lainnya. Mereka tak
cukup hanya mengandalkan kekuatan hafalan dan ingatan hanya terbatas pada
usianya, dan disaat usia berakhir, berakhir pula manfaat ilmu yang selama ini
dimilikinya. Adapun tulisan akan terus memberikan manfaat yang lain sampai
bergenerasi banyaknya meski sang penulis sudah lama tiada terkubur dalam tanah.
Tulisan ini ibarat dirinya masih hidup, terus menjadi guru dan bisa menebarkan
ilmunya pada yang lain.
4.
Media dakwah
yang sangat bermanfaat
Tulisan adalah salah satu media dakwah
yang dapat bermanfaat dan daya sebarnya luas, terlebih di zaman berteknologi
canggih seperti sekarang ini. Kita bisa menulis sebuah ilmu, dan sesaat itu
pula tulisan kita bisa dibaca dan terambil faedahnya oleh mereka yang
tinggal jauh di benua lain. Jadikanlah menulis sebagai kegiatan rutinitas
keseharian, media dakwah tanpa harus terjun langsung ke objek dakwah, baik
menulis diatas kertas atau dilembaran-lembaran dunia maya. Dan menulis ini akan
melengkapi usaha dakwah kita dimasyarakat, karena hasil menulis berupa
ilmu-ilmu yang terbukukan baik di dunia nyata atau di dunia maya masih bisa
dimanfaatkan mereka di rumahnya masing-masing, dibaca, ditelaah, disimpulkan
dan bisa menjadi bahan diskusi langsung. Menulis adalah media dakwah yang tak
boleh ditinggal oleh para penyeru kebenaran dan kebijakan. Dengan menulis
berarti kita sedang mencetak dan membina asisten, setelah tiada, hasil tulisan
semasa hidup, dialah yang akan menjadi asisten dan pengganti untuk
menebarkan ilmu-ilmu yang kita miliki.
5.
Menulis adalah media
belajar
|
6.
Menulis akan membuat
hidup produktif dan usia tak terbuang sia-sia
Banyak orang beranggap menulis
membosankan, hidup tak berseni dan hanya milik mereka yang suka menyendiri. Ini
adalah anggapan yang sangat keliru sekali. Hanya mereka para pemalas,
orang-orang bodoh, para pengglamour dunia yang beranggap bodoh seperti itu.
Justru dengan menulis membuat hidup produktif, usia lebih bermanfaat tak
terbuang sia-sia. Dengan menulis wawasan terus bertambah, detik-detik hayatnya
terisi sesuatu yang bermanfaat bagi diri dan orang lain.
7.
Menulis membentuk
pribadi yang bijak dan santun
Dengan menulis kepribadian si penulis
akan semakin bijak dan santun. Karena ia telah belajar banyak dan akan terus
belajar disaat dirinya terus mengembangkan tulisannya. Bukan hanya belajar dan
faedah ilmu serasa mentah-mentah, tapi ia juga banyak belajar dari gaya bahasa
dan format tulisan yang menjadi referensi tulisannya. Ini adalah hal yang tak
dapat terpisahkan, sedikit banyak pasti akan tertarik dan terpengaruh oleh gaya
bahasa dengan gaya penyampaian seseorang, terlebih kita pasti berharap
tulisannya menarik sikap bijak atau santun dapat dizahirkan dalam tulisan, juga
kan berpengaruh pada pribadi dan sikap keseharian. Saat itu, bukan hanya
belajar dari tulisan orang lain, juga banyak belajar dari ilmu yang selama ini
dituliskan.
8.
Menulis akan
menghasilkan ide-ide baru
Dengan menulis seseorang akan berfikir
dan terus berusaha mengembangkan pemahamannya dan kemampuan dirinya. Motivasi
inilah yang akan mendobrak untuk menemukan ide-ide baru. Karena disaat terjun
dalam dunia menulis, kita terus tertantang membuat gebrakan baru untuk
menelurkan ide-ide dan gagasan terbaru. Ide-ide baru pasti akan antri untuk
tertuliskan.
9.
Menulis adalah salah
satu media komunikasi terbaik
Menulis bisa dijadikan sebagai media
komunikasi yang terbaik. Media untuk menyampaikan apa yang kita inginkan,
menyebarkan apa yang kita gagaskan dan mengajak orang lain serta menggiring
mereka untuk ikut berfikir dan berkembang. Agar tulisan yang ditulis
benar-benar berbekas dan bermanfaat bagi yang lain, menjadi sebuah media
komunikasi yang baik, awalilah tulisan itu dengan niat yang baik pula,
semata-mata mengharap pahala dan keridhoan-Nya.
10. Menulis
akan melatih diri siap dikritik dan dievaluasi oleh yang lain serta melatih
pemecahan sebuah masalah
Menulis adalah media untuk menelurkan
gagasan, menyampaikan ide-ide, dan mengkisahkan apa yang terpikirkan. Disaat
gagasan dan ide-ide itu tersebarkan dan terbaca oleh khalayak ramai, disaat
itulah beragam opini akan muncul, entah itu disetujui atau berupa penegasan
ataupun sanggahan. Saat itulah pikiran kan terlatih untuk menerima kritik dan
evaluasi orang lain.
Jadi,
mari menulis. Bagus atau tidak bukanlah sebuah standar. Jika komitmen kita
menulis adalah untuk berlatih, berlatih dan berlatih, semuanya akan mengalir
seperti air, mari menulis!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar