Pasti Shobat pernah mendengar cerita Haman, seorang yang hidup zaman Nabi
Musa AS. Kisah tentang Haman disebut sebanyak enam kali lho dalam Al-Qur’an di
mana di dalamnya menyebutkan bahwa haman adalah salah satu sekutu (kawan)
terdekat Fir’aun.
Hal ini sangat mengagumkan lho, sebab ternyata kitab Taurat yang merujuk
pada kitab yang diberikan pada Nabi Musa tidak menyebut Haman di dalamnya,
justru nama Haman disebutkan pada bab-bab akhir Perjanjian lama atau kira-kira
1.100 tahun setelah Nabi Musa AS wafat. Haman disebut sebagai pembantu raja
Babilonia yang melakukan banyak kekejaman terhadap Bani Israil. Padahal setelah
diteliti para sejarawan, justru pernyataan Al-Qur’anlah yang paling sesuai
yakni Haman hidup sezaman dengan Nabi Musa AS. Aneh, kan?
Padahal dulu orang luar Islam menuduh pernyataan Al-Qur’an itu ngawur, Lho?
Iya Shobat yang menuduh itu menganggap bahwa Haman hidup setelah Nabi Musa ya
itu tadi sekitar 1.100 tahun setelah wafatnya beliau.
Alhamdulillah, sekitar 200 tahun yang lalu hal itu terbantahkan tatkala
naskah hiroglif dipecahkan, sekitar 200 tahun silam, dan nama “Haman” ditemukan
di naskah-naskah kuno itu. Hingga abad ke-18, tulisan dan prasasti Mesir kuno
tidak dapat dipahami. Bahasa Mesir kuno tersusun atas lambang-lambang dan bukan
kata-kata, yakni berupa hiroglifik.
Gambar-gambar ini, yang memaparkan kisah dan membukukan catatan
peristiwa-peristiwa penting sebagaimana kegunaan kata di zaman modern, biasanya
diukir pada batu dan banyak contoh masih terawetkan berabad-abad. Dengan
tersebarnya agama Nasrani dan pengaruh budaya lainnya di abad ke-2 dan ke-3,
Mesir meninggalkan kepercayaan kunonya beserta tulisan hiroglif yang berkaitan
erat dengan tatanan kepercayaan yang kini telah mati itu.
Contoh terakhir penggunaan tulisan hiroglif yang diketahui adalah sebuah
prasasti dari tahun 394. Bahasa gambar dan lambang telah terlupakan, menyisakan
tak seorang pun yang dapat membaca dan memahaminya. Sudah tentu hal ini
menjadikan pengkajian sejarah dan kepurbakalaan nyaris mustahil. Keadaan ini
tidak berubah hingga sekitar 2 abad silam.
Pada tahun 1799, kegembiraan besar terjadi di kalangan sejarawan dan pakar
lainnya, rahasia hiroglif Mesir kuno terpecahkan melalui penemuan sebuah
prasasti yang disebut “Batu Rosetta.” Penemuan mengejutkan ini berasal dari
tahun 196 SM. Nilai penting prasasti ini adalah ditulisnya prasasti tersebut
dalam tiga bentuk tulisan: hiroglif, demotik (bentuk sederhana tulisan tangan
bersambung Mesir kuno) dan Yunani. Dengan bantuan naskah Yunani, tulisan Mesir
kuno diterjemahkan. Penerjemahan prasasti ini diselesaikan oleh orang Prancis
bernama Jean-Françoise Champollion. Dengan demikian, sebuah bahasa yang telah
terlupakan dan aneka peristiwa yang dikisahkannya terungkap. Dengan cara ini,
banyak pengetahuan tentang peradaban, agama dan kehidupan masyarakat Mesir kuno
menjadi tersedia bagi umat manusia dan hal ini membuka jalan kepada pengetahuan
yang lebih banyak tentang babak penting dalam sejarah umat manusia ini.
Melalui penerjemahan hiroglif, sebuah pengetahuan penting tersingkap: nama
“Haman” benar-benar disebut dalam prasasti-prasasti Mesir. Nama ini tercantum
pada sebuah tugu di Museum Hof di Wina. Tulisan yang sama ini juga menyebutkan
hubungan dekat antara Haman dan Fir'aun. Nah, terbukti kan kalau Haman dan
Fir’aun bersahabat, sekali lagi Al-Qur’an benar. Subhanallah.
Dalam kamus People in the New Kingdom, yang disusun berdasarkan keseluruhan
kumpulan prasasti tersebut, Haman disebut sebagai “pemimpin para pekerja batu
pahat”.
Temuan ini mengungkap kebenaran sangat penting: Berbeda dengan pernyataan
keliru para penentang Al-Qur'an, Haman adalah seseorang yang hidup di Mesir
pada zaman Nabi Musa AS. Ia dekat dengan Fir'aun dan terlibat dalam pekerjaan
membuat bangunan, persis sebagaimana dipaparkan dalam Al Qur'an.
Dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan
bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian
buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan
Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang
pendusta". (QS. Al Qashas, 28:38)
Ayat dalam Al Qur'an tersebut yang mengisahkan peristiwa di mana
Fir'aun meminta Haman mendirikan menara bersesuaian sempurna dengan penemuan
purbakala ini. Melalui penemuan luar biasa ini, sanggahan-sanggahan tak
beralasan dari para penentang Al-Qur'an terbukti keliru dan tidak bernilai
intelektual alias ngawur.
Secara
menakjubkan, Al-Qur'an menyampaikan kepada kita pengetahuan sejarah yang tak
mungkin dimiliki atau diketahui di masa Nabi Muhammad SAW. Hiroglif tidak mampu
dipecahkan hingga akhir tahun 1700-an sehingga pengetahuan tersebut tidak dapat
dipastikan kebenarannya di masa itu dari sumber-sumber Mesir. Ketika nama
“Haman” ditemukan dalam prasasti-prasasti kuno tersebut, ini menjadi bukti lagi
bagi kebenaran mutlak Firman Allah SWT.(Harun Yahya.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar