Jumat, 29 Maret 2013

Mbah Kholil Bangkalan



Oleh :Eko Saputra (IXc)

Kyai Kholil lahir pada hari Selasa, 11 Jumadil Akhir 1235 H di Bangkalan, Madura. Ayah beliau bernama Abdul Latif bin Kyai Harun bin Kiyi Muharram bin Kyai Asroi Karomah bin Kiyi Abdullah bin Sayyid Sulaiman. Sayyid Sulaiman adalah cucu dari Sunan Gunung Jati. Oleh karena itu beliau sangat mengharap dan memohon kepada Allah SWT. Agar anaknya menjadi pemimpin umat serta mendambakan anaknya mengikuti jejak Sunan Gunung Jati.
Setelah tahun 1850 Kyai Kholil mudah berguru kepada Kyai Muhammad Nur di pesantren Langitan Tuban, kemudian untuk menambah ilmu beliau nyantri di pesantren Cangaan Bangil. Pasuruan, dari sini beliau pindah lagi ke pesantren Kebon Candi Pasuruan. Selama di Kebon Candi, beliau mencukupi hidup dan belajarnya sendiri dengan menjadi buruh batik, agar tidak merepotkan orang tuanya meskipun ayahnya cukup mampu membiayainya.
Kesungguhan Kyai Kholil nampak ketika beliau berkeinginan belajar di Mekah, beliau tidak menyertakan niatnya kepada orang tuanya apalagi minta biaya, tetapi beliau memutuskan belajar di sebuah pesatren di Banyuwangi. Selama nyantri di Banyuwangi ini beliau menjadi buruh pemetik kelapa pada gurunya, dengan diberi upah 2,5 sen setiap pohon, dan upah dari memetik kelapa ini selalu beliau tabung.
Tahun 1859 ketika berusia 24 tahun Kyai Kholil memutuskan untuk berangkat ke Mekah dengan biaya tabungannya, tetapi sebelum berangkat ke Mekah, Kyai Kholil oleh orang tuanya dinikahkan dengan Nyai Asyik. Di Mekah beliau belajar pada syekh dari berbagai madzhab di Masjidil Haram, tetapi beliau lebih banyak mengaji kepada syekh yang bermadzhab Syafi’i.

Sepulang dari tanah suci, Kyai Kholil dikenal sebagai ahli fiqih dan thoriqot yang hebat, bahkan ia dapat memadukan kedua ilmu itu dengan serasi dan beliau juga Hafidz (hafal Al-Qur’an 30 juz).
Setelah putrinya yang bernama Siti Khotimah dinikahkan dengan keponakannya sendiri yang bernama Kyai Muntaha akhirnya pesantren di Desa Cangkebuan itu diserahkan kepada menantunnya. Sedangkan beliau pindah ke pusat kota 200 meter sebelah barat alun-alun kota Bangkalan. Di pesantren yang baru ini beliau cepat memperoleh santri. Santri pertama dari Jawa tercatat Hasyim Asy’ari dari Jombang.
Pada tahun 1924 di Surabaya ada sebuah kelompok diskusi yang bernama Tashwirul Afkor yang di dirikan oleh seorang Kyai muda Abdul WAhab Hasbullah. Dalam perkembangannya, ketika Kyai Wahab Hasbullah beserta Kyai Hasyim Asy’ari bermaksud mendirikan jam’iyah, Kyai Kholil memberikan restu dengan cara memberikan tasbih dan tongkat melalui Kyai As’ad kepada Kyai Hasyim Asy’ari.
Pada tanggal 29 Romadhon 1343 H dalam usia beliau ke 91 tahun, beliau wafat. Hampir semua pesantren yang ada di Indonesia yang ada sekarang masih mempunyai sanad dengan pesantren kiai Kholil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang

Anda masuk ke dalam komunitas Majalah Kamus,majalah yang dikelola oleh Siswa-siswi MI. MTs.MA. Al-Musthofa Canggu Jetis Mojokerto