Minggu, 03 Oktober 2010

PERKEMAHAN KELABU
Oleh: Evi Cahyani

Suasana di sekolah sangat sepi, tidak ada seorang pun. Disana hanya ada Tika seorang. Tika berangkat lebih pagi karena hari itu adalah hari pertama Tika Pramuka.
“Hai Diar…kok baru datang?” sapa Tika pada Diar yang baru datang.
Diar tidak menjawab pertanyaaan Tika. Dia hanya memberikan senyuman dengan wajah yang pucat. Dia juga langsung pergi kekamar mandi. Sedangkan Tika hanya memperhatikannya tertegun.
Hampir sudah 1 jam Diar keluar dari mandi. Padahal banyak anak sudah datang, upacara pramuka akan segera dimulai. Tika takut terjadi apa-apa dengan Diar. Akhirnya Tika menyusul Diar biar Diar keluar dan ikut upacara. Langkah demi langkah Tika semakin deg…deg…an. Belum sampai dikamar mandi pembina sudah menbunyikan peluit. Itu pertandanya upaca pramuka akan segera dimulai. Dalam hitungan ke-5, semuanya harus sudah ada dalam barisan.
Karena peluit itulah Tika mengurungkan niatnya untuk ke kamar mandi, langsung saja dia berlari masuk barisan. Sewaktu tika berlari dia merasa seperti ada mengikutinya dalam belakang. Setelah Tika sudah ada dalam barisan, Diar juga belum muncul. Hati Tika sedikit lega ketika sebentar kemudian kelihatan batang hidung Diar yang langsung membentuk barisan.
“Diar….! Kok tumben sich datangnya telat?” anya Sari
“Soalnya aku nggak ada yang nganterin,” jawab Diar.
Mendengar pembicaraan mereka, Tika semakin bingung. Aneh, Diar dibilang baru datang padahal Diar khan sudah datang dari tadi hanya saja dia di kamar mandi lama sekali. Karena ebingungan sampai-sampai Tika tidak mendengarkan pengumuman dari kakak pembina.
“Hoer...,” teriak anak-anak.
“Eh..emangnya ada apa sich, kok semuannya pada senang kayak gini?” tanya Tika.
“Sebentar lagi kita kemah di Sumber Boto,” jawab Sari.
“Apa…?! yang bener kamu. Yes…yes…yes…” kata Tika semangat.
Waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 mereka semua istirahat. Tika jajan ke kantin yang dekat kamar mandi. Tika melihat sesosok yang mirip Diar keluar dari kamar mandi. Padahal Diar ada disamnpingnya sedang ambil jajan.
“Diar entar habis ini kita duduk diserambi masjid ya..? ada yang mau aku omongkan ke kamu.” ajak Tika
“Ok….bos,” jawab Diar semangat.
Setelah duduk diserambi masjid, Tika belum sempat omong-omong banyak. Baru saja dia akan omong permasalahan tadi tapi...
“Aduh… maaf ya…? Aku benar-bebar lupa kalau aku ada janji sama teman,” ucap Diar kelihatan sekali dia merasa bersalah.
“Ya deh, ntar setelah pulang pramuka aku langsung kerumah kamu saja,” Kata Tika sambil menghela nafas berat.
“Nanti pulangnya bareng ya ya…?” ajak Diar.
“Ya bosss….” jawab Tika.
“Ayo semuannya absen dulu, habis itu pulang,” kata Kak Tanti salah satu pembina.
Sesudah absen Tika ke rumah Diar dan menceritakan kejadian aneh yang dialaminya. Tapi sayangnya diar nggak percaya.
“Ya…ampun…, aku tu nggak bohong, aku serius.”
“Oh…aku tahu, kamu mau nakut-nakutin aku kan. Supaya aku takut, iya..kan?”
“Ya udah deh kalau kamu nggak percaya, percuma aku jelaskan ke kamu. Sampai dower pun kamu nggak bakal percaya sama aku,” kata Tika kesel.
“Mau mulut kamu dower kek…monyong kek… kamu mau jadi monyet kek. Itu terserah kamu. Tapi kalau menurut aku nich ya…kamu pantas kok jadi monyet,” canda Diar.
“Terserah kamu mau bilang aku apaan, udah ah, aku mau pulang dulu. Kalau disini terus telingaku bisa keriting,” sungut Tika.
“Ce…ile…gitu aja marah. Dasar nenek lampir.”
“Kamu itu yang jadi Grandongnya,” kata Tika.
Sampai di rumah Tika langsung tidur. Hari demi hari Tika lalui. 2 hari lagi Tika kemah. Kejadian misteri yang dialami Tika sudah tidak nampak kembali. Saat Tika sedang lari pagi, diitengah jalan Tika bertemu dengan kak Tanti. Mereka mampir di warung untuk sarapan. Mereka cerita tentang kisah misteri. Tika ingat dengan kejadian aneh yang dialaminya minggu lalu. Karena kak Tanti tetangganya Diar, kak Tanti langsung mengerti.
Kak Tanti bilang kalu Diar punya saudara kembar, namannya Dira. Dira meninggal disekolahan gara-gara penyakitnya kambuh. Karena kambh itulah Dira terjatuh waktu ke kamar mandi. Sebelum dibawa kerumah sakit, Dira sudah tak bernyawa. Dia dikubur dipemakaman yang ada disamping sekolah.
“Mungkin dia menghantui kamu, karena kamu teman dekatnya Diar. Semenjak dia hidup dia nggak punya teman gara-gara dia penyakitan. Mungkin dia ingin kamu menjadi teman yang baik untuk Diar,” Tambah kak Tanti.
Kini jadi jelas, Tika begidik mendengarnya.
***
Pagi-pagi Tika siap-siap untuk mempersiapkan keberangkatannya. Pukul 11.00 Tika berangkat ke sekolah dengan membawa barang-barang. Tepat pukul 14.00 rombongan pertama berangkat, Tika termasuk di dalamnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 16.30 ketika rombongan terakhir tiba di Sumber Boto.
Pukul 21.00 Tika kepingin kencing. Tika pergi kekamar mandi sendirian. Waktu Tika menutup pintu kamar mandi tiba-tiba lampunya padam dan pintunya terkunci. Tika sangat ketakutan ipaun teriak-teriak minta tolong. Tapi tak ada seorangpun yang mendengarnya. Semalaman dia teriak naumn bantuan tak juga datang. Ia lemas, putus asa. Hanya tangis tertahan yang ia keluarkan. Sebab suaranya sampai habis untuk teriak tadi.
Syukurlah Tuhan menolongnya tepat pukul 4.00 pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka. Kontan saja dia berlari menubruk yang membuka ternyata Kak Tanti. Sedang Kak tanti hanya senyum-senyum saja ia tahu pasti Tika barusan digoda penghuni Sumber Boto yang terkenal angker.
“Sudah selesai ya Tik? Emangnya kamu kemana aja sih?” tanya Diar.
“Kemaren sore itu aku terkunci disini. Aku teriak minta tolong, nggak ada yang nolongin. Akhirnya aku ketiduran disini,” jawab Tika.
“Jadi kamu ketiduran di kamar mandi, masak sih? Walah…walah…kamu jangan-jangan bohong deh. Jeles-jelas tadi malam kamu ada kok.” kata Diar.
“Terserah kamu percaya atau nggak, males ngomong sama kamu,” sungut Tikasambil ngeloyor pergi meninggalkan Diar yang terbengong-bengong.
Tibalah sesi penjelajahan. Semua regu bersemangat 45 megikuti. Tanpa terasa mereka sampai di tengah-tengah hutan. Terlihat Diar dan Tika yang sedang asyik ngomong. Mereka tak tahu bahwa jalan yang mereka tempuh tidak sesuai dengan peta yang dibawakan oleh panitia. Di tengah-tengah hutan barulah mereka sadar.
“Tik, jangan-jangan kita kesasar nih?” kata Diar cemas.
“Aku rasa memang begitu, lihat saja teman-teman kita nggak ada yang terlihat,” terlihat sekali kalau Tika sama sekali tidak khawatir.
“Kamu ini gimana sih, kita ini kesasar koq tenang-tenang saja.”
“Ya mau apa lagi, daripada cemas ya kita cari jalannya dong. Daripada cemas tapi nggak melakukan apa-apa”
“Ya sudah yuk kita cari jalannya, biar kita nggak kemalaman di sini. Lihat tuh mataharinya sudah mau tenggelam.”
Mereka melanjutkan perjalanan tapi hampir satu jam tak juga mereka menemukan jalannya justru mereka semakin masuk ke dalam hutan. Mereka semakin cemas. Tapi untunglah di kejauhan terlihat sosok manusia yang sedang berjalan. Berlarian mereka mengejarnya. Ternyata sosok itu adalah seorang nenek yang berpakaian kumal. Agak ngeri melihatnya.
“Maaf Nek, tahu nggak tempat perkemahan anak sekolah?” tanya Tika ketika mereka sudah saling berhadapan.
“Memang kenapa Nak?” tanya nenek itu.
“Kami kesasar, Nek,” jawab Diar.
“Oh, jangan khawatir, kalian sudah dekat koq, lurus saja ke utara, kalau ada batu besar belok ke timur nah skitar seratus meter dari situ pasti kalian akan melihat perkemahannya,” terang Nenek panjang lebar.
“Makasih, Nek,” kata Diar.
“Sama-sama.”
Tak membuang waktu mereka langsung berjalan menuju jalan yang ditunjuk nenek itu. Sekitar sepuluh langkah. Tika menoleh ke belakang. Aneh, nenek itu sudah tidak ada lagi.
“Diar, nenek tadi mana, koq sudah nggak ada?” Diar menoleh juga. “Jangan-jangan...” suara Tika terputus.
Diar tidak menjawab. Tapi langsung saja dia menyeret Tika segera berlari. Bulu kuduk mereka berdiri. Nafas mereka ngos-ngosan. Ketika hampir sampai di batu besar tadi Tika terjatuh.
“Aduh... Diar tolong aku,” teriak Tika sambil menoleh kebelakang sebab Diar kalah cepat larinya dengan Tika. Ternyata dibelakang Diar juga nggak ada.
“Diar...Diar... kamu dimana?” Tika teriak-teriak. Dia semakin ketakutan padahal sangat jelas tadi Diar ketinggalan di belakangnya. Tanpa menunggu waktu Tika langsung bangkit. Alangkah terkejutnya setelah Tika bangun ternyata batu besar yang dilihatnya tadi adalah gundunkan tanah kuburan. Tika pucat pasi. Kini dia sendirian. Tanpa ba bi bu lagi Tika ambil langkah seribu menuju arah yang ditunjukkan nenek tadi. Dia tak peduli salah atau tidak yang penting saat ini dia mencoba.
Syukurlah sebentar kemudian dia sudah melihat pucuk-pucuk tenda. Hatinya lega. Tapi tenaganya sudah habis. Maka dia teriak-teriak minta tolong. Hampir habis suaranya tapi rasanya nggak ada yang mendengar suaranya. Diapun memutuskan untuk menuruni jalan setapak di hadapannya. Tapi malang. Tika sudah tidak punya tenaga lagi. Perutnya lapar bukan main dari saing belum terisi makanan. Tubuhnya limbung. Pingsan.
Ketika membuka matanya, beberapa pasang mata merubunginya.
“Kamu kemana saja sih Tik, aku cari-cari seharian sampai pegal kakiku,” sungut Diar.
“Justru aku mau nanya kenapa kamu meninggalkanku?”
“Siapa yang meninggalkanmu, di tengah jalan tadi khan kamu mendahului aku, eh setelah nyampai di kemah kamunya sudah nggak ada,” elak Diar.
“Nggak tahu, Di. Aku tadi tiba-tiba koq terpisah dari rombongan. Padahal aku tadi ditemani kamu juga. Tapi di suatu tempat yang ternyata kuburan kamu menghilang. Aku takut, Di,” Tika menangis sesenggukan. Diar memeluknya.
“Sudah-sudah jangan menangis. Kamu sudah selamat. Mungkin kamu tadi nggak berdo’a seperti yang di ajarkan oleh Kak Tanti.” Tika mengingat-ingat.
“Iya Di, aku tadi memang nggak berdo’a seteperti teman-teman kita.”
“Makanya, kamu turuti dong apa kata pembina. Tahu nggak yang mengalami kejadian seperti kamu ini ada sekitar delapan anak. Dan memang semua nggak mau berdoa. Mereka meremehkan kata pembina,” lanjut Diar. “Pasti kamu sudah lapar, ayo makan.”
Tika bangkit, benar memang perutnya lapar bukan main. Segera saja dia berdiri dan mengajak Diar. Dalam pikiran Tika rasa-rasanya dia nggak akan melupakan kejadian misteri yang langka ini. Meski menakutkan Tika merasa beruntung bisa kembali seperti sedia kala.

1 komentar:

  1. bagus dan menraik , mohon ditingkatkan lagi untuk membuat kisah misterinya:)

    nama: much. aris muchlasin
    kelas: XI IPA
    no absen: 23

    BalasHapus

Selamat Datang

Anda masuk ke dalam komunitas Majalah Kamus,majalah yang dikelola oleh Siswa-siswi MI. MTs.MA. Al-Musthofa Canggu Jetis Mojokerto