Senin, 22 Februari 2010

Edisi: 6
Sepeda Ontel, Nasibmu Kini

Naik sepeda ontel? nggak banget dech. Mungkin itulah salah satu ungkapan yang banyak dilontarkan mengenai sepeda ontel sekarang ini. Apalagi di zaman globalisasi kayak gini, ilmu pengetahuan semakin maju, dan alat-alat yang diciptakan pun mulai beraneka ragam. Salah satunya transportasi.
Hampir seluruh kalangan masyarakat memiliki kendaraan bermesin sebagai alat transportasinya. Misalnya saja sepeda motor. Mereka cenderung menggunakan sepeda motor sebagai kendaraan pribadinya.Termasuk kita juga kan sobat? Sebagian besar diantara masyarakat kita ini sudah banyak yang mulai melupakan sepeda ontel. Contoh paling besar adalah kalangan remaja sekolah saat ini. Mereka lebih cenderung menggunakan sepeda motor daripada sepeda ontel untuk pergi ke sekolah.
Oh, iya karena hampir setengahnya siswa yang tidak memakai sepeda ontel dikarenakan dengan berbagai alasan, ada yang bilang malas mengayuh alias mancal, ada yang bilang naik sepeda ontel itu lama, enak naik sepeda motor, angkot atau numpang.Eh…eh…eh ada yang bilang lagi kalau cewek naik sepeda ontel itu takut kecapekan dan takut make upnya luntur kena keringat terus berhubung dengan masuk sekolahnya siang mereka takut kulit jadi hitam. Wow hanya karena alasan itu mereka lebih milih naik angkot, tetapi kalau hanya dengan alasan itu lebih baik jangan dibiasakan, naik angkot sih boleh-boleh saja tetapi kalau ynag naik angkot itu rumahnya dekat kan lebih baik naik sepeda ontel. Kita-kita sih nggak heran kalau yang naik angkot rumahnya jauh banget dari sekolah. Terus kalau untuk kaum cowok nggak numpang di kendaraan temannya atau numpang di kendaraan orang lain biasanya banyak yang gengsi kalau nggak pakai sepeda motor model terbaru atau nggak punya uang untuk naik angkot. Ups tidak punya uang untuk naik angkot sepertinya tidak mungkin deh, paling-paling ya malas untuk menyisihkan uang jajan.

“Habisnya kalau kita pakai sepeda takutnya terlambat, daripada kena hukum di sekolah khan mending naik sepeda motor aja,” kata Rudi pelajar SMK Mandala Canggu.
“Kita sih maunya naik sepeda saja sekalian olahraga, tapi ya gimana lagi kita khan sudah disediain ortu sepeda motor,” komentar Catra pelajar kelas XII MA. Al-Musthofa Canggu.
Lain lain komentar Ofi siswi kelas VII SMPN 2 Jetis, “Mending kita naik angkot aja, soalnya takut kalau kulit kita hitam sih he...he...,” waduh alasanya!
Nah, sobat itulah beberapa alasan yang mereka kemukakan mengenai alasan mereka lebih memilih sepeda motor daripada sepeda ontel untuk pergi kesekolah. Sepeda motor memiliki kelebihan tersendiri jika dibandingkan sepeda ontel. Dengan naik sepeda motor kita bisa menuju suatu tempat lebih cepat jika dengan naik sepeda ontel.
Padahala kalau kita runut lebih lanjut jika kita naik sepeda motor justru akan merugikan kita. Misalnya saja kita harus rutin mengeluarkan uang untuk membeli bensin agar sepeda motor dapat digunakan. Selain itu polusi dari sepeda motor juga dapat merusak kesehatan kita. Sepeda ontel juga merupakan alat transportasi, tetapi sepeda ontel merupakan alat transportasi sederhana yang banyak memiliki keuntungan tersendiri untuk kita. Harganya yang murah jika dibandingkan sepeda motor menyebabkan semua kalangan masyarakat mampu untuk membelinya.
Selain itu naik sepeda ontel tidak perlu menggunakan bensin sebagai tenaganya. Cukup kita makan yang banyak untuk bisa mengayuhnya. Hal ini dapat menyehatkan tubuh kita, sebab saat mengayuh sepeda, tubuh kita ikut bergerak, terutama kaki. Hal ini dapat menghasilkan keringat. Sobat Kamus tahu kan bahwa tanda orang sehat adalah berkeringat.
Keuntungan lainnya adalah kita tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk membeli bensin, kan sepeda ontel bahan bakarnya bukan bensin melainkan makanan yang banyak untuk tenaga kita dalam mengayuh sepeda.
Sobat, sepeda ontel adalah wujud kebudayaan kita yang paling sederhana. Sebab kendaraaan inilah yang merupakan kendaraan modern pertama yang dijumpai di Indonesia. Peduli dengan sepeda ontel berarti kita peduli warisan bangsa sendiri. Nah buat sobat yang pergi sekolah naik sepeda ontel nggak usah malu yach!!! Anggap saja kita peduli dengan warisan bangsa dan suka mencerminkan hidup yang sederhana. (TIM)





Kalau Lebih Untung Kenapa Ditinggalkan?

Sobat ada loh banyak keuntungan dari naik sepeda ontel, mau tahu??? ayo, diantaranya adalah:
1. Menghemat biaya
2. Tidak merepotkan orang lain, tapi dengan catatan bukan sepeda pinjam dengan cara memaksa dan tidak merepotkan itu
3. Tidak perlu numpang dikendaraan orang lain
4. Semakin sering bersepeda semakin sehat lumayan juga hitung-hitung olahraga
5. Mencegah polusi udara, kan kasihan bumi kita sudah kepanasan
6. Termasuk gaya hidup hemat dan sehat.
7. Kalau nggak bawa Helm, SIM, STNK nggak bakal deh ditilang sama polisi yang patroli
8. Semakin banyak sepeda ontel semakin tertib juga lalu lintas dan mengurangi angka kecelakaan yang tinggi
9. Mengurangi semrawut suara riuh kendaraan/ pencemaran suara di Indonesia
10. Mengurangi beban pemerintah dalam mensubsidi BBM


Namanya Ontel, Jengki, Kumbang dan Sundung

Sejarah sepeda bermula di Eropa. Sekitar tahun 1790, sebuah sepeda pertama berhasil dibangun di Inggris. Cikal bakal sepeda ini diberi nama Hobby Horses dan Celeriferes.
Keduanya belum punya mekanisme sepeda zaman sekarang, batang kemudi dan sistem pedal. Yang ada hanya dua roda pada sebuah rangka kayu. Bisa dibayangkan, betapa canggung dan besar tampilan kedua sepeda tadi. Meski begitu, mereka cukup menolong orang-orang – pada masa itu – untuk berjalan. Penemuan fenomenal dalam kisah masa lalu sepeda tercipta berkat Baron Karl Von Drais.
Von Drais yang tercatat sebagai mahasiswa matematik dan mekanik di Heidelberg, Jerman berhasil melakukan terobosan penting, yang ternyata merupakan peletak dasar perkembangan sepeda selanjutnya. Oleh Von Drais, Hobby Horse dimodifikasi hingga mempunyai mekanisme kemudi pada bagian roda depan. Dengan mengambil tenaga gerak dari kedua kaki, Von Drais mampu meluncur lebih cepat saat berkeliling kebun. Ia sendiri menyebut kendaraan ini dengan nama, Draisienne. Beritanya sendiri dimuat di koran lokal Jerman pada 1817.

Proses penciptaan selanjutnya dilakukan Kirkpatrick Macmillan. Pada tahun 1839, ia menambahkan batang penggerak yang menghubungkan antara roda belakang dengan ban depan Draisienne. Untuk menjalankannya, tinggal mengayuh pedal yang ada. James Starley mulai membangun sepeda di Inggris di tahun 1870. Ia memproduksi sepeda dengan roda depan yang sangat besar (high wheel bicycle) sedang roda belakangnya sangat kecil. Sepeda jenis ini sangat populer di seluruh Eropa. Sebab Starley berhasil membuat terobosan dengan mencipta roda berjari-jari dan metode cross-tangent. Sampai kini, kedua teknologi itu masih terus dipakai. Buntutnya, sepeda menjadi lebih ringan untuk dikayuh.
Sayangnya, sepeda dengan roda yang besar itu memiliki banyak kekurangan. Ini menjadi dilema bagi orang-orang yang berperawakan mungil dan wanita. Karena posisi pedal dan jok yang cukup tinggi, mereka mengeluhkan kesulitan untuk mengendarainya. Sampai akhirnya, keponakan James Starley, John Kemp Starley menemukan solusinya. Ia menciptakan sepeda yang lebih aman untuk dikendarai oleh siapa saja pada 1886. Sepeda ini sudah punya rantai untuk menggerakkan roda belakang dan ukuran kedua rodanya sama.


Namun penemuan tak kalah penting dilakukan John Boyd Dunlop pada 1888. Dunlop berhasil menemukan teknologi ban sepeda yang bisa diisi dengan angin (pneumatic tire). Dari sinilah, awal kemajuan sepeda yang pesat. Beragam bentuk sepeda berhasil diciptakan. Seperti diketahui kemudian, sepeda menjadi kendaraan yang mengasyikkan.
Di Indonesia, perkembangan sepeda banyak dipengaruhi oleh kaum penjajah, terutama Belanda. Mereka memboyong sepeda produksi negerinya untuk dipakai berkeliling menikmati segarnya alam Indonesia. Kebiasaan itu menular pada kaum pribumi berdarah biru. Akhirnya, sepeda jadi alat transpor yang bergengsi.
Pada masa berikutnya, saat peran sepeda makin terdesak oleh beragam teknologi yang disandang kendaraan bermesin (mobil dan motor), sebagian orang mulai tertarik untuk melestarikan sejarah lewat koleksi sepeda antik. Rata-rata, sepeda lawas mereka keluaran pabrikan Eropa. Angka tahunnya antara 1940 sampai 1950-an. Dan mereka sangat cermat dalam merawatnya.
Di masyarakat kita, sepeda lawas itu dikenal dengan beberapa sebutan, seperti ontel, jengki, kumbang dan sundung. Kalau jengki itu kan asalnya dari kata jingke (bahasa Betawi, artinya berjinjit), jadi waktu naiknya kita harus berjingke saking tingginya. Kalau ontel, ya artinya diontel atau dikayuh. (dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang

Anda masuk ke dalam komunitas Majalah Kamus,majalah yang dikelola oleh Siswa-siswi MI. MTs.MA. Al-Musthofa Canggu Jetis Mojokerto