Jumat, 04 Desember 2009

Sahabat dan Cinta
Oleh: Erni Wulan Sari

Jalan raya di depan sekolah, masih sepi. Hari memang masih pagi. Bahkan terlalu pagi bagiku yang sering kesiangan berangkat sekolah. Entah apa yang membuatku sadar hari ini. Untuk memanfaatkan waktu dan menghilangkan bosan. Kuambil buku cerpen yang kupinjam kemarin. Aku duduk membaca buku dibangku teras sekolah sambil menikmati uadara pagi.
Tiba-tiba aku terkejut. Mataku tertutup oleh jari-jari halus. Akan tetapi, aku tak takut. Paling-paling Eka. Dialah yang sering bercanda seperti ini.
“Udah dech aku tahu, Eka kan! Masih pagi kok sudah bercanda.” tebakku sambil melepaskan tangannya.
“Betul tul-tul seratus buat Yana,” kata Eka sembari tersenyum.
“seratus apanya, kaget tauk,” gerutuku kepada Eka.
“Sorry dech... mulanya aku nggak yakin itu kamu, soalnya kalau kamu berangkat pagi, rasanya bumi berputar berbalik arah,” goda Eka.
“Yee...ngledek nich,” kataku.
Eka tertawa keras. Seperti biasa, kami bercerita. Memang, Eka adalah sahabatku yang terbaik. Sejak pertama masuk di sekolah ini, Ekalah yang pertama kali aku kenal.
“Bagaimana hubunganmu sama Alfi, Yan?” tanya Eka tiba-tiba.
“Ehm...e...baik, baik kok Ka, memang kenapa?” jawabku sedikit gugup mendengar pertanyaan Eka.
“Yah...syukur dech, mudah-mudahan lancar ya Yan” kata Eka.
Aku hanya menunduk. Hatiku perih mendengar perkataan Eka. Beruntung, bel masuk berbunyi menyelamatkan aku dari pertanyaan-pertanyaan yang mungkin dilontarkan Eka lagi. Kami segera masuk ke kelas masing-masing. Kulihat Eka melambaikan tangannya padaku sambil tersenyum. Aku hanya bisa menatapnya dengan pandangan kosong. Di kelas aku tak bisa konsentrasi pada pelajaran. Ditelingaku masih terngiang perkataan Eka. Mengapa dia menanyakan hubunganku dengan Alfi. Memang, Alfi itu mantan kekasih Eka yang kini sedang menjalin hubungan denganku. Tapi, maksud Eka.
“Hey Yan, ngelamun apaan sich? kok serius banget.” kata Lina teman sebangku sama aku.

“Lin, tadi tiba-tiba Eka tanya hubunganku sama Alfi, aku takut Lin.” jelasku pada Lina kawanku satunya.
“Takut, takut apa?” tanya Lina.
“Yaaa...aku takut Eka masih sayang sama Alfi” jawabku singkat.
“Aah...kamu nggak usah takut, nggak mungkin Eka masih sayang sama Alfi” kata Lina.
“Tapi...Lin...,”
“Aah...sudahlah, Alfi itu sayang kamu, walau Eka masih sayang nggak mungkin Eka bersama lagi” hibur Lina.
Aku terdiam, hati dan fikiranku semkin kacau.
Selama ini, Lina dan temanya yang menyatukan aku dan Alfi semenjak dia putus sama Eka.
Malam ini, Alfi datang ke rumahku. Dia banyak bicara dan bercerita tentang sekolahnya. Tapi aku hanya terdiam.
“Ada apa sich Yan? kok diam aja,” tanya Alfi tiba-tiba.
“Al, kamu masih ada persaan nggak, sama Eka” aku balik bertanya.
“Kamu ngomong apa sich Yan, Eka itu masa laluku, sekarang kamu masa depanku, jadi aku sama sekali nggak ada perasaan sama Eka” jelas Alfi.
“Tapi, kalau Eka masih ada perasaan sama kamu, gimana?” bantah aku.
“Yana, aku hanya sayang sama kamu, jadi kamu harus percaya sama aku” tambah Alfi. Perkataannya sedikit melegakan perasaanku.
Tiga minggu, berlalu dengan cepat. Tak terasa bulan telah berganti. Dan kini, ada sesuatu yang aneh kurasakan. Alfi, dia semakin jauh dariku. Dan ternyata dia mulai dekat dengan Lina. Lina yang kukenal seorang yang baik, humoris, dan perhatian. Kini sifatnya jadi acuh tak acuh padaku. Kubiarkan saja dia begitu, sampai suatu hari ada kabar dari temanku, kalau Alfi sering ke rumah Lina. Walau Alfi nggak diberi izin sama ortunya, dia nekat ke rumah Lina. Kini dihatiku bertumpuk rasa heran. Ada apa ini?

Semakin hari, sifat Alfi dan Lina semakin tak kumengerti. Aneh, sampai suatu hari, aku pernah bertengkar hanya karena masalah sepele. Dan entah mengapa, kini aku menjadi benci pada Lina semenjak terdengar kabar itu. Dan pada akhirnya, aku tak lagi berteman dengan Lina. Setiap hari kita selalu bertengkar. Rupanya...hubunganku dengan Alfi pun tak bisa dipertahankan lagi, yaaah...kami putus.
Beberapa bulan berlalu. Kini kucoba melupakan semua kenanganku bersama Alfi. Dan kucoba pula menerima Lina dan memaafkan kesalahannya. Akhirnya, persahabatanku dengan Lina telah membaik. Aku tidak ingin persahabatanku hancur untuk kedua kali.
Semenjak itu hidupku terasa lebih berarti disamping sahabat-sahabatku. Ternyata kehilangan cinta tak segalanya menyakitkan. Tapi yang namanya cinta tak bisa dipungkairi atau ditolak. Kini hatiku tertambat pada seorang pria. Namun Eka, sahabatku juga menyukainya. Dan aku tak mau kejadian lalu terulang lagi. Biarlah Eka mencintainya. Mungkin cinta Eka lebih besar dariku. Aku nggak akan mengorbankan persahabatanku lagi hanya seorang lelaki. Biarlah kini aku hidup sendiri. Tak ada Alfi atau lelaki itu dihatiku hati lagi. Bahagialah dengan cintamu, sobat!

3 komentar:

  1. awal nya persahabatan lama lama jadi cinta dan tumbuh rasa sayaaaaank bangetttttttttttttttt

    BalasHapus
  2. ASSalamualaikum.................
    sebaiknya majalah kamus itu jangan terlalu banyak cerpennya lebih baik banyak diisi dengan hal-hal yg berbauh dngn mistis/misteri
    NAMA:ALFIANI.R.P
    KLS:XII IPS
    NO.ABSEN:2

    BalasHapus
  3. ASSLAMUALAKUM.............,,,,,,MUSss???
    YG MKN OK,,??Q mW GsH KMNTAR NIH..BLH Gk??BLH DONG tNTUNYA,,SBAIKNYA MJLH KMUSDI'isi dgn hal2x Yang brbau FiShion donk,,,,jgn dgn crpen j???t j kmntr dri q wssalm
    NAMA:DITA AGUS.T
    KELAS:XII {IPS}
    NO:8

    BalasHapus

Selamat Datang

Anda masuk ke dalam komunitas Majalah Kamus,majalah yang dikelola oleh Siswa-siswi MI. MTs.MA. Al-Musthofa Canggu Jetis Mojokerto