Jumat, 04 Desember 2009

Curhat Edisi: 5
Menyadarkan Teman
Bu saya punya teman dekat cowok. Dia anaknya pemalu banget, sopan, polos alias lugu. Tapi saya nggak nyangka waktu dia bilang dia suka mabuk-mabukan. Awalnya saya pikir dia bohong dan saya nggak percaya karena sama sekali tidak sesuai dengan karakternya. Tapi ternyata memang benar Bu, saya sangat kecewa, tapi disisi lain saya suka karena dia mau jujur. Dia sadar kalau perbuatan itu sangat merugikan dirinya. Dia juga tahu kalau untuk meninggalkan semua itu dan berubah menjadi lebih baik itu nggak gampang karena pergaulan setiap hari dan lingkungan yang kurang mendukung. Yang saya tanyakan sama Ibu, Apakah cara yang bisa saya lakukan agar bisa merubah dia tentu dengan semampu saya, karena saya ingin membantu dia menjadi lebih baik dari sekarang tanpa berkesan menceramahi dan kelihatan sok pintar. Langkah-langkah apa yang harus saya lakukan Bu?(Fitri)

Ibu sangat menghargai sikap Fitri yang mau membantu teman untuk berubah menjadi lebih baik. Teringat kembali dalam benak ibu bahwa dalam suatu riwayat hadits tentang tolong menolong, Rasulullah SAW pernah ditanya oleh salah satu sahabat beliau tentang bagaimana caranya menolong seseorang teman yang akan mencuri, “Cegahlah ia!” itulah jawaban yang beliau berikan. Mudah-mudahan petikan riwayat hadits tersebut bisa menjadi rujukan Fitri untuk lebih bersemangat lagi.
Adapun langkah-langkah yang sebaiknya Fitri lakukan menurut Ibu adalah :
1. Tetapkan niat. Tentukan niat yang tepat sebelum Fitri melakukan keinginan tersebut. Mantapkan dalam hati bahwa yang akan Fitri lakukan adalah suatu bentuk perbuatan yang didasarkan pada pengabdian (ibadah) kepada Allah SWT. Jangan ada maksud lain yang ingin Fitri lakukan, karena berniat untuk selain Allah hanya membuat suatu perbuatan sia-sia saja dan apabila gagal yang didapat adalah penyesalan dan kekecewaan belaka.
2. Beri dia pengertian, bukan suatu kesalahan ketika dia bergaul dengan orang lain, dia menolak ajakan yang tidak baik dari orang tersebut.
3. Tunjukan rasa senang hatimu ketika pada suatu hari di tidak minum-minuman keras. Berikan penghargaan, pujian wajar atau semacam ucapan selamat.
4. Lakukan, da’wah bil haal (berdakwah dengan perbuatan). Maksudnya, tunjukan cermin pribadi yang baik dalam setiap tingkah laku Fitri dihadapannya tanpa harus banyak berkomentar ini itu tentang kebiasaan dia. Bukankah sebelum merubah seseorang kita harus merubah diri sendiri? Tampakan sosok pribadi muslim yang gaul, dinamis dan tidak melalaikan sholat tentunya. Misalnya begini, ketika dia berkunjung ke rumah Fitri di sore hari dan Fitri belum sholat ashar, maka katakan padanya, “sebentar, saya sholat dulu ya” atau ketika sms setelah maghrib, Fitri jangan segan-segan menyebutkan “ntar dulu ya, aku lagi ngaji nih!. Jam 8 nanti kita sambung lagi” dll.
5. Bantu di dengan doa, Mudah-mudahan Allah SWT memberi dia petunjuk. Dalam menjalani langkah tersebut tentu memerlukan waktu yang mungkin tidak cepat, butuh kesabaran dan keteguhan hati. Segalah usaha yang Fitri lakukan merupakan bagian dari sebuah kewajiban kepada sesama manusia. Berhasil apa tidak bagi dia untuk berubah sama sekali bukan hak Fitri, itu adalah hak Allah semata. Semoga berhasil, Fit!.

Ortu Minta Menang Sendiri
Bu, saya ingin Tanya, kenapa Bu orang tua saya terutama Ibu tidak mau mengalah selalu mau menang sendiri. Padahal sebenarnya saya berada diposisi benar namun sebaliknya Ibu saya berada diposisi yang salah tetapi beliau malah menyalahkan saya padahal sudah jelas-jelas saya benar? Tolong Bu bagaimana cara mengatasinya? Apakah itu dosa tapi sayakan butuh kebenaran.(Fuad)

Bu, dirumah saya selalu berdebat dengan Ibu saya hanya gara-gara masalah yang remeh. Dan itu terjadi setiap hari, dan masalah yang timbul adalah percekcokan. Jujur Bu, saya sebenarnya tidak mau meladeninya karena saya tidak mau dianggap durhaka. Untuk itu saya bertanya bagaimana sih caranya menjaga perasaan Ibu agar tidak marah-marah sama saya? (Sholia)

Wah, Fuad lagi jengkel sama ibu ya!.....Ibu cukup mengerti dengan perasaan Fuad. Betapa Fuad ingin dihargai atau diakui oleh orang lain. Dan menjadi satu hal diantara kesedihan anak adalah apabila ia kurang dihargai oleh orang tuanya. Sebenarnya, dalam hal apa Ibu Fuad tidak mau mengalah? Dan kebenaran seperti apa yang tengah dicari Fuad dan Ibu? Kalau kebenaran itu bersifat opini atau pendapat (empiris), tentu setiap orang punya pandangan sendiri-sendiri, tidak ada salah dan benar, yang ada hanya kenapa ia berpendapat seperti itu. Jika ini yang terjadi, maka hendaknya Fuad lebih mengerti dan sebaiknya mengalah saja. Kalau bersifat logis, maka yang menjadi tolok ukurnya adalah ilmu pengetahuan. Berikan alasan-alasan tepat yang masuk akal berdasar pada teori-teori yang ada kalau bersifat dogmatis, maka yang menjadi acuannya adalah hukum yang berasal dari Sang Maha Pencipta, Allah SWT. Kalau ini yang terjadi, maka sebisa mungkin Fuad harus meluruska Ibu tentang mana yang sebenarnya benar menurut agama Isalam, satu-satunya agama yang paling benar disisi Allah.
Menurut Ibu, cenderung wajar jika Ibu Fuad ingin menang sendiri. Namun, sikap tersebut juga tidak bisa dikatakan benar. Orangtua kadang-kadang memang sulit menerima kebenaran dari anak-anak mereka, mengingat dalam hirarkhi keluarga, mereka merupakan atasan atau pemimpin dari anak-anaknya. Butuh wawasan yang lebih luas lagi bagi setiap orang tua untuk bisa menunjukan sikap pengertian dan demokratis dalam menghadapi anak-anak mereka.
Tanamkan dalam diri Fuad, bahwa mengalah bukan berarti kalah dan salah. Mau menang sendiri juga bukan berarti benar. Tetaplah berlaku baik kepada beliau, Allah SWT agar membukakan hati dan pikiran beliau jika pada kenyataannya memang Fuad yang benar. Kendalikan emosi Fuad dihadapan beliau, jangan sampai tutur kata Fuad menyakitkan hati beliau.
Tiada berdosa, mencari kebenaran sangatlah dianjurkan, bahkan menjadi kewajiban dalam agama kita. Namun jika pengakuan orang laiin tidak kita dapatkan, termasuk Ibu, maka yakinlah bahwa kebenaran itu akan datang dan terbukti tanpa harus diakui.Tetaplah percaya diri dan mulyakanlah Ibumu, semoga Allah memberkahi Fuad dan keluarga.

Alhamdulillah, ibu sangat senang dengan pertanyaan Lia, mudah-mudahan ini adalah bukti bahwa Lia adalah anak yang shalihah. Suatu kali Rasulullah SAW pernah ditanya sahabatnya tentang siapa orang pertama yang harus dihormati, beliau menjawab, “Ibumu”, kemudian ditanya lagi siapa setelah iti, “Ibumu”, begitulah jawab Rasulullah SAW hingga tiga kali, baru setelah itu, “Ayahmu”.
Menghindari amarah orang tua, terutama Ibu adalah hal yang harus dilakukan oleh setiap anak agar mencapai Ridha Allah. Mungkin Lia juga bisa membaca jawaban Ibu pada pertanyaan Fuad diatas. Sebagai tambahan ada baiknya Lia melakukan hal-hal berikut ini :
- Bertutur katalah yang sopan dan halus dihadapan beliau, agar perdebatan antara Lia dan Ibu bisa diminimalisir.
- Terimalah pendapat Ibu jika memang itu tidak bertentangan dengan agama, jalanilah dengan hati yang lapang dan senang.
- Tanamkan dalam hati bahwa Lia benar-benar ingin terbebas dari amarah dan percekcokan dengan Ibu. Ingatlah kembali sebuah sabda Rasulullah SAW, “Ridho Allah tergantung ridha kedua orang tua dan kemurkaan allah (juga) tergantung pada ridha kedua orangt tua”.

Bu saya mau curhat nih, kenapa yah kalau kita sedang belajar dalam kelas itu mudah dihafal dan diingat. Tapi kalau sudah sampai rumah yang dipelajari sering lupa dan sulit sekali dihafal atau diingat. Bagaimana caranya biar bisa mudah menerima pelajaran yang diberikan sedangkan kalau baca cerita atau novel mudah sekali tanggapnya terus bagaimana cara mengatasi belajar biar nggak malas.(Nia)
Ibu cukup bangga dengan pertanyaamu, Nia. Disaat banyak pelajar bermalas-malasan belajar, kamu justru bangkit mencari cara jitu untuk belajar. Semoga cara yang ibu berikan berikut ini dapat membantu nkamu untuk bisa belajar lebih mudah dan menyenangkan :
1. Buatlah catatan kecil tentang hal-hal sulit dalam suatu pelajaran. Misalnya ketika guru menerangkan, kamu menulis keterangan guru tentang hal yang kamu rasa sulit dan belum kamu kenal sebelumnya
2. Sebelum pelajaran ditutup, jangan segan-segan untuk bertanya kepada guru, bahkan tentang istila-istilah yang sangat sederhana sekalipun. Hal ini dilakukan agar ketika pelajaran usia kamu benar-benar telah paham dan mengerti.
3. Jkia pelajaran itu bisa mengandung unsur praktis, maka jangan henti-hentinya kamu membuat contoh atau masalah lain selain yang dicontohkan guru.
4. Ajaklah teman, hal ini dilakukan agar kalian bisa saling memberi pengertian aatu penjelasan apabila diantara kalian ada yang lupa atau kurang mengerti.
5. Sekal-kali, buatlah perjanjian dengan teman atau orang tua, ketika nilai ulangan kamu di ats rata-rata, misalnya, kamu berhak mendapat hadiah dari mereka.
6. Perbanyak baca AL-Qur’an dan tingalkan hal-hal yang tidak baik, insyaallah tidak lupa.
Oh ya, cerita memang beda dengan pelajaran sekolah. Jika dalam cerita, kita hanya mengupas tentang satu kisah, maka dalam pelajaran sekolah ada banyak hal yang akan dibahas. Cerita lebih mengikuti pola hidup manusia yang memang penuh dengan kisah-kisah, sementara pelajaran merupakan teori praktis yang berhubungan dengan daya pikir manusia, jadi memang cenderung lebih sulit. Namun, bukankah dalam kesulitan itu selalu ada kemudahan?.....Seamat mencoba!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang

Anda masuk ke dalam komunitas Majalah Kamus,majalah yang dikelola oleh Siswa-siswi MI. MTs.MA. Al-Musthofa Canggu Jetis Mojokerto