Jumat, 28 Agustus 2009

Mencontek? Nggak Deh!

Tahu khan sebentar lagi kita terutama yang kelas IX dan kelas XII menghadapi apa? Rasa takut, tegang, dan grogi pasti akan melanda hati para siswa. Pasalnya siswa-siswi semua akan menghadapi suatu peristiwa yang akan menentukan hidup dan matinya, ceile! Sampai segitunya. Dalam peristiwa ini mereka berjuang mati-matian memeras tenaga dan otaknya. Waduh serius amat nih. Memangnya apaan sih yang dimaksud. Yup, apalagi kalau bukan ulangan.
Tim Ransel sedang mengelilingi alam Kecamatan Jetis untuk mencari berita seputar tradisi apabila ulangan itu tiba. Kira-kira apa ya tradisi itu? Yup, betul sekali jawabannya adalah mencontek. Walah mencontek koq dibilang tradisi, ada-ada saja. Tapi rasanya nggak salah koq kalau disebut demikian sebab kebiasaan ini khan sudah turun temurun terjadi di institusi sekolahan. Hasilnya adalah apa yang akan Ransel turunkan dalam liputan kali ini.
Mencontek yang dimaksud di sini tidak hanya melalui buku atau lembar kertas saja. Tetapi mencontoh jawaban teman, tanya teman langsung atau yang parah nih tanya guru pada saat Ujian Nasional.
Setelah ke sana kemari hasilnya tidak terlalu mengejutkan dan sudah diduga sebelumnya. Nyatanya hampir semua yang ditanyai mengakui bahwa mereka mencontek pada waktu ulangan. Meskipun ada yang mengaku tidak selalu mencontek tetapi ini sudah menjadi parameter bahwa setiap siswa tidak ada yang tidak pernah mencontek.
“Aku sih kadang-kadang saja mencontek cukup kalau kita merasa kesulitan saja dan benar-benar nggak bisa mengerjakan soal,” kata Rini siswa kelas VIII SMP Mojopahit Jetis.
Kalau ada yang mengaku kadang-kadang mencontek emangnya ada yang mengaku mencontek terus? Eh, ternyata nggak sedikit yang mengaku begini. Waduh kalau ini bisa dibilang penyakit akut nih.
Sebenarnya kenapa sih para siswa sampai mencontek. Tentu banyak alasan yang akan dikemukakan. Sebagaimana kalau seorang terdakwa yang melakukan suatu tindakan pastinya mereka akan mengemukakan berbagai alibi untuk membenarkan tindakannya. Begitupun juga para ‘terdakwa’ pencontek dalam ulangan. Ada yang beralasan bahwa karena ketidak mampuan menjawablah yang menjadi penyebab mereka mencari jawaban dari sumber yang tidak semestinya.
“Habis, soalnya sulit banget sih, jadi ya mau gimana lagi ya terpaksa deh kita mencontek,” kata Lia siswi SMPN 2 Jetis. Bener nih memang sulit soalnya, bukannya karena kita nggak belajar di rumah aja.
Melihat berbagai jawaban di atas tentunya kita sebagai pelajar harus prihatin dong. Gimana tidak kalau sudah begini apa yang akan kita inginkan dari output sekolah. Dari mulai kecil saja sudah berani melakukan kecurangan bagaimana lagi nanti kalau sudah dewasa dan bekerja? Makanya nggak heran ya kalau para pejabat sekarang banyak yang melakukan korupsi mungkin karena waktu di sekolah dulu suka mencontek kali ya? Ah, koq jadi berburuk sangka sih?
Mencontek merupakan salah satu wujud dari tidak percaya diri dari seseorang. Ini sih menurut beberapa teman kita yang ngakunya nggak pernah mencontek.
“Mereka tuh termasuk anak yang nggak percaya pada diri mereka sendiri. Pada diri sendiri saja yang nggak percaya lalu bagaimana dengan orang lain?” kata Hani ketua OSMA (OSIS) MA. Al-Musthofa Canggu.
Kalau mencontek merupakan wujud dari tidak PDnya seseorang apakah yang tidak mencontek termasuk pelajar yang PD? Meskipun hal ini tidak bisa dijadikan acuan setidaknya dengan tidak mencontek mereka mulai menanamkan pada diri mereka kejujuran yang kini sulit dicari. Bukankah dengan tidak mencontek mereka tidak akan membohongi guru mereka? Yap, apalah gunanya mendapat nilai yang baik jika berasal dari jawaban yang haram. Ya nggak?
“Bener tuh, rasanya ketika mendapat nilai bagus hasil dari berpikir rasanya gimana gitu,” tukas Herman pelajar kelas XII MA. Darul Ulum Ngabar.
“Pernah nih aku dapat nilai sembilan tapi nggak ada rasa bangganya sebab waktu itu aku nyontek,” kata Faathir ketua OSMA. MTs. Al-Musthofa.
Nah terbukti khan kepuasan itu tidak hanya berasal dari nilai yang bagus tetapi berhasil melawan godaan untuk tidak mencontek juga memberikan sesuatu yang beda di diri kita. Andaikan semua siswa-siswi di seantero nusantara menyadari bahwa mencontek adalah kebiasaan yang buruk tentu Indonesia bakalan maju beberapa tahun mendatang. Tapi kayaknya ini hanya mimpi belaka ya?
Meskipun begitu rasanya tidak terlambat kalau mulai sekarang kita bertekad untuk tidak menggunakan cara-cara yang tidak lazim untuk meraih nilai yang bagus. Kita mulai dari diri kita sendiri yuk. Nggak usah saling menyalahkan toh itu tidak akan memberikan solusi yang baik.

Cara-Cara Mencontek :
Tidak berbeda dengan zaman yang semakin maju, ternnyata dalam mencontek siswa zaman sekarang juga semakin canggih dalam mencontek, diantaranya adalah:
1. Cara paling primitif langsung membuka buku jika pengawas/guru keluar
2. Mencatat poin-poin yang dianggap penting di selembar kertas sobekan.
3. Menaruh buku contekan di bawah laci meja
4. Mencatat poin-poin penting di telapak tangan atau yang paling parah di paha.
5. Pura-pura mencoret-coret di papan tulis
6. Bangku dicoreti hal-hal yang disangka akan keluar di ulangan.
7. Memakai joki lewat HP (SMS)
8. Kebelakang (kamar kecil) sebentar untuk ambil contekan
9. Membuat kode antar teman
Eits, dikasih tahu begini bukan untuk dicontoh lho ya, yah sekedar kasih tahu saja. (Putri N.)

Tips Membangun Kepercayaan Diri:

Mencontek adalah wujud tidak PDnya kita pada diri sendiri, bagaimana nih biar kita bisa PD untuk tidak mencontek:
1. Setiap pelajaran memperhatikan keterangan guru siapa tahu keluar pada waktu ulangan.
2. Di rumah selalu mengulang-ulang membaca buku pelajaran yang pernah diajarkan guru kalau perlu yang belum diajarkan juga dipelajari.
3. Takut dosa. Yap, bukankah kita selalu diawasi Tuhan dalam setiap gerak-gerik kita.
4. Tak usah lirak-lirik waktu ulangan sebab itu kadang mengganggu konsentrasi.
5. Percayalah bahwa nilai bagus dari mencontek tak akan membawa kebanggaan.
6. Selalu bertanya kepada guru atau orang yang berkompeten pada setiap persoalan yang tidak bisa kita pecahkan. (Indah Arum S)


Kru Redaksi MA. Al-Musthofa Canggu:
1. Amelia Rizky Arini (VIIIC)
2. Evi Cahyani (VIIIB)
3. Siti Aisyah Nur Jannah (XIIA)
4. Indah Arum Sari (XIIB)
5. Putri Nur Indah Sari (XIIB)

Catatan:
Investigasi ini pernah dimuat oleh Koran Radar Mojokerto di rubrik RANSEL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang

Anda masuk ke dalam komunitas Majalah Kamus,majalah yang dikelola oleh Siswa-siswi MI. MTs.MA. Al-Musthofa Canggu Jetis Mojokerto