Selasa, 04 Agustus 2009

HANTU MUKA RATA
Oleh: Putri Nur Indah Sari (XIb)


Angin malam berhembus sepoi-sepoi, meskipun begitu dapat membuat gigi bergemurutuk menahan dinginnya. Malam semakin beranjak larut. Namun mataku tak dapat terpejam. Padahal malam itu waktu sudah menunjukkan pukul 22.00. Sedikitpun aku tidak dapat tidur. Meskipun masih terngiang di fikiranku perkataan teNangga kanan kiriku tenNang rumah ini. Aku memang baru menempati rumah ini bulan yang lalu. Namun, aku merasa nyaman tinggal di sini. Baru setelah orang-orang sekitar rumah ini membicarakan tenNang asal-usul rumah ini, aku jadi sedikit miris.
Mereka bilang bahwa kalau rumah ini sering sekali tampak ada seseorang yang menongolkan kepalanya di jendela, padahal warga tahu persis bahwa dirumah ini tidak ada penghuninya. Apalagi dulu sebelum ditinggal yang punya rumah ini pernah menjadi tempat pembunuhan seorang kakek oleh cucunya karena bertengkar masalah warisan.
Mungkin karena cerita itulah hingga fajar menyingsing aku belum juga dapat memejamkan mata. Terpaksa aku harus pergi kuliah dengan muka kucel akibat kurang tidur.
“Kenapa kamu Vi?” tumben-tumbenan muka kamu kucel. Biasanya selalu segar, cerah, dan berbinar-binar. Kamu sakit? selidik Renan sahabat baikku.
“Aku nggak apa-apa kok, cuma kurang tidur aja.”
“Beneran kamu nggak apa-apa?”, cerita aja ke aku, aku siap dengerin kapan aja.”
“Aku beneran nggak apa-apa Nan!”Aku berusaha meyakinkan Renan bahwa aku baik-baik saja, namun aku tidak dapat berbohong pada diriku sendiri bahwa aku sedang tertekan.
Pulang kuliah aku harus kerja. Maklum, aku tinggal sendiri dan jauh dari orang tua. Sehingga aku harus bekrja untuk menambah uang jajan. Dan aku bekerja hingga pukul 10 malam, untungnya aku membawa kendaraan pribadi, sehingga aku tidak sampai jalan kaki.
Saat tiba didepan rumah, aku merasakan suatu keanehan ketika akan membuka pintu, aku melihat seseorang mengamatiku dari balik pohon. Namun saat ku dekati pohon itu, orang tersebut sudah tidak ada. Tiba-tiba bulu kudukku berdiri, dan akupun memilih untuk masuk kerumah dan menguncinya rapat-rapat.
Kejadian itu tidak hanya sekali tetapi berkali-kali sampai akhirnya, . . .
“Hei, siapa kamu?” keluar kamu kalau memang berani, tunjukan dirimu!, jangan hanya bersembunyi dibelakang ku, mau kamu apa?”, kataku berteriak-teriak sendirian, namun tak ada jawaban.
“Please, keluar! Jangan membuntutiku. Aku sudah capek dengan semua ini. Ayo, keluar!!.” kataku dan untuk kesekian kalinya, dia tidak muncul.
Tiba-tiba pundakku dipegang seseorang dari belakang. Tap . . . dadaku berdegup dengan kencang. Aku menengok perlahan dan ternyata . . .
“Ngapain Neng malam gini teriak-teriak?”, Nanya seorang warga yang sedang ronda malam.
“Eh . . . Pak Tarjo, nggak ada apa-apa kok pak, cuma tadi saya lihat ada orang yang ngintip saya dari balik pohon itu.”
“Hati-hati aja Neng mendingan jangan pulang malam-malam bahaya!”
“Iya, Pak terima kasih.”
Setelah orang itu pergi, aku memilih masuk ke rumah dan tidur. Namun untuk kesekian kalinya aku tak bisa memejamkan mata. Aku benar-benar gelisah dan takut. Aku belum pernah merasa setakut ini sebelumnya.
Karena terlalu gelisah dan takut, sampai-sampai aku merasa haus. Aku melangkah dengan ketakuNan yang luar biasa. Namun kucoba menepis rasa itu. Ketika aku baru meneguk Soft Drink kudengar ada orang berjalan sambil menggesekkan kakinya dengan lantai. Gesekan antara kaki dan lantai menimbulkan bunyi, srekk…srekk…bunyi itulah yang terus ku dengar.
Aku meletakkan botol soft drinkku dan langsung menuju ke kamar. Belum sempat ke kamar, langkahku dihadang oleh seorang kakek tua yang berjubah putih, rambutnya sangat panjang dan menutupi seluruh wajahnya. Dan dia membawa tongkat kayu untuk menopang tubuhnya, rupanya bunyi tadi berasal dari kakek ini, karena sebelah kakinya pincang. Sehingga jalannya terseyek-seyek.
Aku terpekik kaget, aku berusaha melarikan diri namun kakiku sulit sekali digerakkan seperti ada yang menyihirnya supaya lumpuh. Kakek tua itu semakin mendekatiku. Ketika ia menyibakkan rambutnya, tampaklah wajah Nanpa mata, hidung, dan mulut/alias rata. Dilehernya banyak sekali belatung yang menggerogoti lehernya. Benar-benar pandangan yang mengerikan.
“A…a…anda…si….si….siapa…??.”
Suaraku seperti menghilang. Aku tak bisa berteriak. Hanya kata-kata itulah yang dapat ku ucapkan.
“Kau telah masuk kekamarku Nanpa seijinku.”
“Apa maksud Anda …a…a…a…aku tidak me…ngerti dengan apa yang Anda bicarakan.”
“Kau telah masuk ke kamar rahasiaku. Tidak ada seorangpun yang boleh masuk ke kamar itu, dan hukuman bagi orang yang lancang sepertimu adalah….mati!!.”
Kakek tua itu langsung mencekikku, aku berusaha dengan sekuat tenaga melepaskan Nangannya dari leherku namun, Nangannya begitu kuat mencengkeram leherku. Aku baru ingat bahwa tenaga manusia biasa tidak dapat melawan tenaga makhluk halus. Aku membaca takbir, sholawat, dan ayat kursi di sela-sela tenagaku yang hampir habis. Pasalnya aku sudah diambang kematian karena cekikan yang teramat kuat itu.
Ternyata takbir, sholawat, dan ayat kursi yang ku baca berhasil membuat kakek tua itu kepanasan dan melepaskan genggamannya dari leherku. Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, aku berusaha lari dan menjauhi kakek tua yang bermuka rata itu. Aku lari…lari…dan lari sekuat tenagaku sambil meminta pertolongan, namun sia-sia, karena waktu masih menunjukkan pukul 3 pagi. Orang-orang dikota itu masih terlelap tidur.
Aku benar-benar lelah, nafasku kejar-kejaran, aku berhenti dan bersandar disebuah pohon. Belum hilang rasa lelahku, tiba-tiba hantu itu muncul lagi dihadapanku. Dia langsung mencekik kembali leherku. Aku kembali membaca ayat-ayat Allah itu. Saat dia kepanasan aku berusaha lari lagi. Sambil berlari, aku tak henti-hentinya membunyikan ayat-ayat Allah. Karena aku lihat dia tidak berani mendengar lafadz Al-Qur’an tersebut.
Aku belari terus …dan terus berlari…entah sudah berapa lama aku berlari. Aku sudah tidak berani lagi berhenti dan beristirahat. Meski aku sudah sangat lelah. Kakiku lecet-lecet bajuku kotor terkena lumpur karena saat berlari, aku sempat terjatuh beberapa kali.
Tenaga aku benar-benar terkuras, aku sudah tidak kuat lagi untuk berlari, aku terjatuh dan sulit sekali untuk bangun. Aku pasrah jika aku mati, detik itu juga. Karena hantu muka rata itu sudah berdiri di hadapanku, dia mendekati aku, dia menjulurkan Nangannya tepat keleherku aku memejamkan mata dan berdo’a semampuku agar kematian tidak menjemputku hari ini.
Aku terus memejamkan mata dan berhara-harap cemas namun, aku tak merasakan Nangan kakek tua itu mencekik leherku. Lama sekali aku terpejam, akhirnya kubernikan diri untuk membuka mata aku tidak melihat hantu kakek tua bermuka rata itu. Aku aru sadar bahwa saat itu mentari telah bersinar.
“Terima kasih Tuha, do’aku telah Kau kabulkan.” ucapku dalam hati.
Kemudian aku melihat sekelilingku. Aku merasa daerah ini, tempatku berdiri saat ini sudah tidak asing lagi. Saat aku sedang dalam kebingungan ada seseorang yang menghampiriku.
“Astaga…Vana!! Ngapain kamu disini?” kata Rena kaget.
“CeriNanya panjang Re.” jawabku.
“Ya udah, mendingan kamu ikut kerumahku, kamu tenangin diri dulu , baru setelah itu ceritakan semuanya ke aku ya.” pinta Renan.
Aku hanya mengangguk dan menuruti kata-kata Renan. Di rumah renan aku menceritakan semua kejadian yang semalam kualami. Dengan runtut aku ceritakan semua kejadian Nanpa ada satupun yang terlewatkan.
“Kenapa kamu nggak cerita dari dulu sich Van? Aku khan bisa bantu” keliahaNan penyesalan Renan.
“Nggak pa-pa kok Re. Aku nggak mau merepotkan kamu.”
“Sekarang aku antarin kamu pulang. Kamu ambil barang-barangmu langsung pindah kesini. Aku takut nanti malam kamu dikejar-kejar lagi sama hantu muka rata itu.”
“Thank’s ya Re, bantuannya, aku nggak tahu gimana seandainya nggak ada kamu.”
“Udah deh nggak usah dipikirin.”
Hari itu juga aku langsung berkemas-kemas dibantu oleh Renan sahabat baikku. Dengan begitu berarti aku akan bisa terlepas dari teror hantu muka rata. Ah..semoga ini merupakan pengalaman pertama sekaligus terakhir bagiku.

2 komentar:

  1. pak ceritanya bagus and menarik ada yang lain lagi nggak?..
    pak boleh nitip salam nggak,buat sobat Q yang school di Ma ALMUSTOFA yang namanya "syarifudin/cemet"dari LAKARDOWO
    dari "vivi MTs NURUL HUDA"

    BalasHapus
  2. assalamu'alaikum.........
    critanya ckup menarik , hingga membuat aku takut.. jangan lupa bkin yang lebih sereeeeeeem dari yg lain nya,,,,
    Wassalamu'alaikum...

    Nama :Arifatul Amaliyah
    Kls :XI ips
    No.Absn: 09

    BalasHapus

Selamat Datang

Anda masuk ke dalam komunitas Majalah Kamus,majalah yang dikelola oleh Siswa-siswi MI. MTs.MA. Al-Musthofa Canggu Jetis Mojokerto