Selasa, 04 Agustus 2009

Edisi: 3
PASTILAH IA SANGAT ISTIMEWA


Bila mengigat ibu, lalu saya hubungkan dengan agama, maka yang terlintas di benak saya adalah sebuah sabda Kanjeng Nabi Muhammad SAW. “Al-Jannatu tahta aqdaamil ummahaati” yang berarti surga di telapak kaki ibu. Hadis itu adalah hadis yang dulu pernah di ajarkan oleh guru Qur’an hadis saya ketika duduk di bangku III Madrasah Ibtidaiyah Al-Musthofa, bahkan ketika itu saya sudah menghafalnya. Walaupun saya belum mengerti benar makna yang terkandung di dalamnya.
Kini…sebuah angan-angan tentang sabda Kanjeng Nabi Muhammad SAW itu muncul kembali. Begitu banyak perintah Allah SWT yang di balas dengan surga. Surga adalah salah satu bentuk dari keridha’an (kerelaan-red) Allah SWT kepada hamba-Nya.
Firman Allah SWT dalam surat Al- Bayyinah:7-8 “inna al-ladiina aamanuu wa’amilu ash-shalihaati ulaaikahum khayrul bariyyah, jazaauhum ‘inda rabbihim jannatu “adnin tajri min tahtihal anhaaru khaalidiina fiiha abadaa. Rodlyyallaahu ‘anhum ‘warodluu ‘anhu, dzaalika liman khosyiya robbah”
(sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berbuat kebaikan, merekalah sebaik-baik manusia, pahala mereka di sisi Tuhannya adalah surga ‘adn, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridkha kepada mereka dan mereka juga ridhlo kepada-Nya, itulah (balasan bagi orang yang takut kepada Tuhannya).
Surga adalah tempat yang sangat istimewa, walaupun hakikat keberadannya adalah di akhirat, tapi gambaran kedamaian dan kenikmatannya bisa dirasakan sejak di dunia yang fana ini. Rumah yang damai, hati yang tentram, suasana yang menyenangkan, hidangan beraneka rasa, ucapan yang manis dan enak di dengar, anak-anak teladan, pemimpin yang bijaksana, roman muka yang elok, pakaian yang indah, dan masih banyak lagi gambaran keindahan surga yang dapat kita rasakan di dunia.
“Sebegitu banyak keistimewaan dan keagungan surga, namun (dalam hadis tadi) kok hanya berada di bawah telapak kaki seseorang ya?” gumam saya dalam hati. Benda di telapak kaki hanya yang kita tahu hanya di injak-injak saja (walaupun berguna): sandal, sepatu, keset, kaos kaki, lantai….. Tapi kenapa itu adalah surga? Tempat yang identik dengan ketinggian dan derajat yang mulia. Pastilah ia sangat istimewa.
Ibu! Ya, ibu! Di telapak kaki kaum ibulah ketinggian itu berada. Sebuah derajat yang mustahil kita tempuh mana kala kita menyakitinya, manakala kita mendustainya, manakala kita membentaknya, manakala kita tiada menghargainya, manakala kita melupakannya, manakala kita tidak berterimakasih kepadanya.
Benar-benar firman Allah SWT pun telah mewasiatkan kepada manusia untuk berterimaksih kepada orang tua terutama ibu. Dan menyebutkan kedudukan mereka berada setelah kedudukan-Nya (Q.S. Luqman:14). Ibu telah mengandung dalam keadaan lemah, melahirkan dengan susah payah, merelakan bagian tubuhnya di hisap oleh sang bayi sepanjang ia memerlukannya. Siang malam tiada henti, pagi sore tiada kenal lelah, ia memangku, menggendong dan menimang sang buah hati, sampai ia dewasa….ucapnya bisa menjadi doa bahkan petaka. Kerelaan sang ibu menembus ketinggian. Yang Maha Kuasa untuk meminta apa saja tentang anaknya……sekehendak hatinya.
Seorang pujangga. D. ‘Zawawi Imron, dalam puisinya pernah berucap. “…..Andai gunung meletus, andai air laut tumpah ke darat, maka akan kusebut satu nama, ya Allah, untuk kau selamatkan lebih dulu, dialah ibu.” Kemuliaan ibu di dunia, banyak dibuktikan dengan berbagai media. Ada hari ibu, ibu jari, rumah makan Restu Bundo (Bhs. Padang Ibu-red) Doa ibu, lagu kasih ibu, ibu pertiwi, ibu…. Ibu…. Dan ibu… begitu agung sebutan ibu itu.
Kini, kalau Allah SWT dan Kanjeng Nabi Muhammad SAW saja sudah begitu memuliakannya, banyak kalangan telah membuktikannya, maka bagaimana dengan kita? Wallaahu a’lam (Noor Fadilah W.N,M.Pd. ditulis juga sebagai tanda hormat dan bakti kepada ibunda di manapun berada. “selamat hari ibu”)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang

Anda masuk ke dalam komunitas Majalah Kamus,majalah yang dikelola oleh Siswa-siswi MI. MTs.MA. Al-Musthofa Canggu Jetis Mojokerto