Selasa, 04 Agustus 2009

Edisi: 3

Ibnu Nafis & Teori Peredaran Darah


Paru-paru, satu diantara sekian organ yang menopang kehidupan manusia. Secara sederhana organ, ini berfungsi untuk menukar karbondioksida dari darah dengan oksigen dari udara. Hal yang tak pernah kita sadari, paru-paru ini bekerja setiap saat bahkan ketika kita tidur.
Sekarang ilmu pengetahuan telah mafhum bahwa darah yang keluar dari bilik kiri kemudian menyebar keseluruh tubuh lalu kembali ke bilik kanan dengan membawa kotoran yakni CO2 kemudian di dalam paru-paru inilah darah kembali dibersihkan untuk kemudian disebarkan ke seluruh tubuh sehingga tetap dalam keseimbangan. Semua berjalan dengan otomatis tanpa disadari oleh pemilik tubuh tersebut. Proses seperti ini sekarang terkenal dengan sistem sirkulasi pulmonari.
Tapi semudah itukah teori ini ditemukan? Inilah yang akan kita bahas. Awalnya para dokter meyakini bahwa darah di dalam jantung beredar melalui “lorong rahasia” antara dua bilik jantung. Ia menguraikan bagaimana darah mencapai bagian kanan jantung dan bergerak menuju pori-pori yang tak terlihat di cardiac septum menuju bagian kiri jantung. Disana darah bertemu dengan udara dan membangun sebuah ‘kekuatan’ sebelum diedarkan keseluruh tubuh. Teori ini dikemukakan oleh seorang dokter Yunani, Galden pada abad ke-2 masehi. Bertahun-tahun teori ini diyakini kebenarannya, bahkan Ibnu Sina sang Master ilmu pengobatan.
Adalah Ibnu Nafis yang mempunyai nama lengkap ‘Ala’uddin Abu al-Hasan Ali Ibnu Abi Al-Hazam Al-Qurasyi dilahirkan dipinggir bandar Damsyik pada 607H/1210M dan wafat pada 686H/1288M yang diyakini sebagai penemu pertama sistem sirkulasi pulmonari. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian Dr. Muhyo Al-Deen Altawi, fisikawan Mesir. Yang mulai menyusuri kanal-kanal sejarah sejak tahun 1924. Ia menemukan sebuah tulisan berjudul Commentary on the Anatomy of Canon of Avicenna diperpustakaan nasional Prussia, Berlin (Jerman). Saat itu, Ia tengah belajar mengenai sejarah Kedokteran Arab di Albert Ludwig’s University Jerman. Di dalam tulisan yang masih berupa diktat tersebut terungkaplah bahwa system sirkulasi paru-paru jelas-jelas dikemukakan oleh Ibnu Nafis. Bukannya Sir Williyam Harvey yang terkenal selama ini di buku sejarah penemuan-penemuan yang berhubungan dengan dunia kedokteran.
Hal ini penting dipahami karena munculnya teori sistem sirkulasi pulmonari tidaklah semudah membalik telapak tangan. Kemunculannya dibarengi dengan berbagai perdebatan yang merenggut nyawa seorang dokter, Michael Servetus. Ia mengemukakan pada tahun 1553 di dalam bukunya “Christianismi Restitutio”… Udara dan darah bercampur dan dikirim dari paru-paru menuju jantung melalui pembuluh arteri: bagaimanapun, percampuran itu terjadi di paru-paru. Warna cerah akan diberikan paru-paru, bukan jantung.’’
Dan dari teori tersebut Servertus di bakar bersama-sama dengan bukunya oleh kalangan gereja karena dianggap bertentangan dengan teori Galen yang sudah mengakar dikalangan dokter waktu itu. Padahal sejarah membuktikan ternyata apa yang dikatakan oleh Servertus tadi adalah jiplakan dari buku Ibnu Nafis Syarh al-Hidayah. Yang merupakan ulasan kitab al-Qanun Fi al-Tibb karya Ibnu Sina.
Andreas Vesalius mengikuti jejak Servertus menerangkan teori sirkulasi paru-paru. Dalam bukunya, De Fa-brica, ia menulis persis seperti apa yang diurai-kan Al-Nafis. Pada edisi pertama buku Vesalius (1543), ia setuju dengan pendapat Galen bahwa darah dari bilik kanan menuju bilik kiri melalui sebuas sekat tipis. Namun pada edisi keduanya, tahun 1555, ia sedikit meralatnya dengan kalimat : ‘‘Saya masih belum melihat bagai mana sekat yang sungguh tipis itu bisa mengalirkan darah dari bilik kanan menuju bilik kiri.’’ Pendapat itu dikuatkan oleh Realdus Colombo (1559) dalam bukunya, Dere Anatomica.
Penjelasan lebih rinci dikemukakan Williyam Harvey. Pada tahun 1628 ia mendemonstrasikan langsung observasi anatomi di labolatorium hewan. Ia menjelaskan bagaimana darah berpindah dari bilik kanan, menuju paru-paru, lalu masuk ke bilik kiri jantung melalui vena paru-paru. Ia juga menunjukkan tak ada satupun pori-pori dalam sekat interventrikular jantung.
Dan dari demonstrasi inilah Williyam Harvey menjadi terkenal sebagai penemu teori Sirkulasi Darah. Satu hal yang sangat menggelikan bagi sejarahwan bidang kedokteran. Namun pada kenyataannya kita umat Islam telah lama tertipu dengan sejarah yang dusta ini. Kita memuja-muja Eropa sebagai panutan untuk modern padahal dalam kasus ini umat Islam khususnya Ibnu Nafis telah mendahului 350 tahun lebih maju dari pada dokter-dokter Eropa. Dengan demikian, masihkah para remaja tertipu untuk selalu mengikuti Eropa (baca:barat)? Bukankah dengan kembali kepada Islam kemajuan akan lebih didapat tidak hanya didunia saja, bahkan diakhirat nanti. Dan ini telah ditentukan oleh Ibnu Nafis!
(A.H. dari berbagai sumber).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang

Anda masuk ke dalam komunitas Majalah Kamus,majalah yang dikelola oleh Siswa-siswi MI. MTs.MA. Al-Musthofa Canggu Jetis Mojokerto