Oleh: Intan Permatasari (XB), Anis
Munawaroh (XB), & Husnul Khotimah (IXD)
Ketika Shobat sedang ada pelajaran,
apa yang biasanya Shobat lakukan? Shobat tidak perlu menjawab, Kamus sudah tahu
kok. Pasti yang Shobat lakukan adalah tak menghiraukannya ada juga yang
menyimaknya. Apalagi jika tidak menghiraukannya dengan cara bergaduh atau
mengolok-olok guru yang sedang menjelaskan materi.
Di zaman kini tak sedikit orang
pandai. Namun, banyak yang lupa. Seolah-olah kepandaian dan kekayaan ilmunya terjadi
dengan sendirinya tanpa tersentuh dan doa dari para guru yang pernah mengajari
mereka dengan ikhlas.
Islam sangat menganjurkan agar umatnya
menghormati para ulama dan guru-guru mereka. Dalam kitab Ta’lim Muta’allim
dijelaskan cara menghormati guru, diantaranya: tidak boleh berjalan di depan
guru, tidak duduk di tempat yang diduduki gurunya, dan bila di hadapan gurunya
tidak boleh memulai pembicaraan kecuali atas izinnya. Murid mestilah
mendapatkan ridha dari gurunya.
Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang
bersikap tawadhu’ semata-mata karena Allah SWT, Allah SWT akan meninggikan
derajatnya meskipun ia merasa dirinya kecil, tetapi di mata manusia ia begitu
besar. Dan siapa yang bersikap takabbur, maka Allah SWT akan merendahkannya. Ia
dalam pandangan manusia begitu kecil, meskipun ia merasa dirinya besar. Hingga
ia lebih hina daripada anjing dan babi.” (HR. Al-Baihaqi).
Pada hadis diatas Rasulullah SAW
mengatakan bahwa Allah SWT akan meninggikan orang yang tawadhu’ dan merendahkan
orang yang sombong. Bahkan kerendahannya melebihi anjing dan babi. Sebuah
peringatan keras yang menunjukkan betapa sikap tawadhu’ harus dilakukan, karena
orang yang tidak tawadhu’ pasti ia merasa sombong. Inilah yang direndahkan
derajatnya oleh Allah SWT. Shobat tidak mau kan derajatnya direndahkan oleh
Allah SWT?
Tawadhu’ adalah sifat yang amat mulia.
Namun, sedikit orang yang memilikinya. Ketika orang sudah memiliki gelar yang
mentereng dan berilmu tinggi serta memiliki harta yang mulia, sedikit yang
memiliki sifat kerendahan hati alias tawadhu’.
Tawadhu’ juga bermakna patuh terhadap
kebenaran, menerima nasihat dari siapapun datangnya. Baik dalam keadaan suka,
murka, dan duka. Padahal kita seharusnya seperti ilmu padi, yaitu “Kian berisi,
kian merunduk”. Apalagi jika siswa yang memiliki prestasi atau tergolong siswa
yang aktif akan rasa tawadhu’ terhadap guru sudah banyak yang musnah.
Tawadhu’ adalah ridho jika dianggap
mempunyai kedudukan lebih rendah dari yang sepantasnya. Tawadhu’ merupakan
sikap pertengahan antara sifat sombong dan melecehkan diri. Sombong berarti
mengangkat diri terlalu tinggi hingga lebih dari yang semestinya. Sedangkan
melecehkan yang dimaksud adalah menempatkan diri terlalu rendah sehingga sampai
pada pelecehan hak. Tawadhu’ adalah menampakkan diri lebih rendah dari pada
orang lain yang ingin mengagungkannya. Ada pula yang mengatakan bahwa tawadhu’
adalah memuliakan orang yang lebih mulia dari pada dirinya.
Namun, mengapa saat ini banyak siswa
yang menghilangkan sifat Tawadhu’? mungkin perlakuan para siswa terhadap guru
saat ini banyak yang melenceng. Itu dampak dari menonton acara yang tidak
mengandung unsur pengetahuan tetapi mengandung unsur yang tidak patut ditiru
oleh pelajar.
Ilmu tidak akan bisa diperoleh secara
sempurna kecuali dengan diiringi tawadu’ si murid terhadap gurunya shobat,
karena keridhohan guru terhadap murid akan membantu proses penyerapan ilmu.
Tawadhu’ murid terhadap guru merupakan cermin ketinggian kemuliaan si murid.
Tunduknya kepada guru justru merupakan kemuliaan dan kehormatan baginya.
Seringkali para murid menganggap guru
sebagai teman, ya memang peranan guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat
memberikan nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan,
pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, dan
sebagai orang yang menguasai bahan yang diajarkan shobat. Tetapi seringkali
para murid menganggap seorang guru itu seperti teman biasa tidak ada rasa patuh
sama sekali.
Hilangnya perilaku ini disebabkan oleh
pengaruh lingkungan dan pengaruh TV. Anak zaman sekarang mudah terpengaruh sama
teman sebayanya ataupun tayangan yang tidak mendidik.
Nah, agar kita tidak terjerumus pada
hal ini maka ikutilah kiat-kiat berikut
1.Berfikirlah
dari apa kita diciptakan
Jika seorang musim bisa mengukur diri,
dan menyadari siapa dirinya dia akanmenilai bahwa dirinya adalah insan yang
rendah dan hina karena manusia bila dilihat dariasal pencipta berasal dari
setetes mani yang keluar dari saluran air kencing, kemudian menjadi segumpal
darah, segumpal daging dan akhirnya menjadi insan.
2.Hindari
diam
Hindari segala sesuatu yang
mendekatkan kita pada hal yang mendekatkan kita pada hal yang jelek. Setidaknya
kita diam dan tidak menanggapi hal yang tidak jelas.
3.Menjaga
perasaan guru
Selalu jaga sikap dan perkataan saat
dengan guru, karena jika hati seorang guru tersakiti. Maka pada saat proses belajar
mengajar, guru tersebut akan memiliki rasa tidak ikhlas dalam menyampaikan
ilmunya pada kalian shobat.
Nah,itu
tadi merupakan penjelasan tentang hilangnya tawadhu’pada guru. Bergaullah
dengan yang baik dengan siapa saja dan jauhkan diri dari sifat sombong
dihadapan hamba Allah SWT yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar