Sosok yang biasa namun perlu diacungi
jempol untuk perjuangan beliau dalam merintis mimpi-mimpinya. Beliau begitu
terkenal dengan sifat luman(pemurah) kepada setiap murid, sehingga
beliau mudah dikenal oleh semua kalangan. Beliau adalah suami dari Ibu Nur
Laila dan ayah hebat bagi dua putri cantik, Septi Kusumaning Pratiwi dan Intan
Puspita Sari, yaitu Bpk Drs. Mu’at Yasin, M.Si. yang akrab dipanggil Pak Mu’at.
Beliau lahir di Mojokerto pada tanggal
01 Januari 1966. Banyak diantara Shobat yang tidak tahu betapa berat perjuangan
Pak Mu’at sebelum beliau sukses seperti sekarang ini. Alhamdulillah Kamus bisa
berjumpa dengan beliau sekaligus berbincang-bincang mewawancarai beliau. Mau
tahu hasilnya? Ikuti yuk!
Berjuang adalah sebuah perjalan hidup
yang harus didasari perasaan ikhlas hingga Allah SWT. memudahkan jalan kita
hingga akhirnya Dia memberikan yang terbaik untuk kita. Jangan lupa berdo’a
juga, karena berdo’a dan berjuang itu harus seimbang. Berjuang tanpa do’a
adalah sombong, berdo’a tanpa berjuang adalah omong kosong. Memangnya mau
dibilang sombong dan omong kosong? Kalau nggak mau ya harus seimbang, berjuang
disertai do’a.
Apa motivasi Bapak hingga bisa
seperti sekarang?
Oh, motivasi? Cita-cita dan harapan
adalah porsi pas sebagai motivasi saya. Hidup penuh cita-cita dan harapan pasti
punya semangat. Nah, semangat inilah yang membangkitkan keinginan untuk
mewujudkan mimpi-mimpi saya.
Bagaimana proses dan perjuangan
Bapak untuk meraih kesuksesan?
Tidak mudah memang perjuangan saya
selama ini. Namun, setapak demi setapak dilalui, melanjutkan sekolah hingga
perguruan tinggi, kemudian meniti karier sebagai seorang guru. Awalnya menjadi
guru swasta bertahun-tahun dan dibanyak tempat, lembaga yang menaungipun
swasta, ya dengan honor yang tak sebanding memang dengan jerih payah, meskipun
begitu tetap semangat dan tak kenal lelah.
Dari pagi itu saya ngajar disekolah,
malam ngeles anaknya orang Cina sampai jam 8 malam. Kemudian setelah jadi guru,
saya diangkat jadi guru bantu, guru bantu itu guru swasta tidak, PNSpun tidak,
tapi honor dibayar pemerintah, waktu itu pemerintahan masih dipegang oleh Bu
Megawati. Hingga akhirnya pada awal pemerintahan Pak SBY, semua guru bantu
dijadikan CPNS, baru 2 tahun kemudian, saya menjadi PNS.
Apakah ada kendala saat Bapak berjuang
untuk meraih kesuksesan?
Ya pasti, setiap perjuangan pasti ada
kendalanya. Kendalanya tak lain adalah rasa malas dan itu harus diperangi oleh
diri sendiri. Ingatlah tiada hasil tanpa kerja. Dimana orang mau berusaha,
pasti akan menuai hasil.
Apa yang menjadi alasan Bapak,
selain menjadi guru, juga meggeluti dunia usaha?
Kalau jadi guru itu adalah cita-cita
saya sedari MI. Kalau berwirausaha, itu adalah tuntutan atau kerja sampingan.
Sejak kapan Bapak memutuskan untuk
berwirausaha?
Setelah saya menikah, saya sudah
menggeluti dunia usaha meskipun cuma nguyang. Yaitu padi basah, dikeringkan,
dikemas kemudian dijual, tapi itu waktu di Mojosari. Kemudian setelah jadi PNS
saya pindah ke Jetis. Di Jetis karena ngunyang sudah tidak cocok, saya beralih
menjadi distributor buku, kemudian ternak sapi untuk biaya kuliah S2 saya.
Menggarap sawah, bagi hasil dan sekarang di belakang rumah saya ternak kambing
untuk qurban.
Nah, bagaimana cara Bapak membagi
waktu antara mengajar, berwirausaha dan keluarga?
Ya, sebaik mungkin saya bisa adil
membaginya. Waktu bagaikan pedang kalau kita tidak bisa memanage waktu, maka
waktu yang akan membunuh kita. Jadi, pandai-pandainya membagilah. Pokoknya
malam hari dan hari libur full untuk keluarga, tidak bisa diganggu itu. Baru
kalau ada waktu luang saya mengurus kerja sambilan. Ternak sapi perah, jual
obat pertanian, dan lain-lain. Melaksanakan kewajiban dulu, baru meminta hak.
Apa ada kiat-kiat khusus yang Bapak
berikan kepada siswa supaya tetap semangat untuk mencapai kesuksesan?
Ya, saya selalu mensupport anak-anak
supaya belajar dengan sungguh-sungguh. Sekolah sing temen, insyaAllah di balik sekolah sing temen pasti hasilnya akan baik. Bodoh pintar itu Yang Kuasa
yang mengatur. Pokoknya sungguh-sungguh, tawaduk kepada guru, percayalah pasti
akan sukses, mencari rezekipun mudah.
Sudah puaskah Bapak dengan semua
yang sudah Bapak raih?
Kalau masalah puas, manusia itu pasti
selalu merasa tidak puas, itu manusiawi. Tapi saya bersyukur, karena mengingat
perjalanan saya dulu, sekarang lebih alhamdulillah. Karena barangsiapa pandai
mensyukuri nikmat-Nya, maka Allah SWT. akan tambah nikmat itu. Tapi,
barangsiapa tidak mensyukuri setiap inci nikmat yang telah Allah SWT. berikan,
maka laknat-Nya sungguh sangat pedih.
Apa progress Bapak kedepan supaya
apa yang Bapak inginkan terealisasikan dengan baik?
Yang utama saat ini adalah
mensukseskan pendidikan anak-anak saya. Anak-anak harus bisa lebih dari saya,
harus ada peningkatan. Saya lebih membekali mereka dengan ilmu. Karena kalau
hanya dibekali harta, itu pasti akan mudah dihancurkan. Tapi kalau dibekali
ilmu yang mumpuni, pasti bisa digunakan untuk mencari harta dan pasti sulit
dihancurkan.
Nah, begitulah
Shobat hasil dari wawancara Kamus dengan Bapak Dr. Mu’at Yasin, M. Si. semoga
perjuangan Bapak Mu’at bisa menjadi motivasi kita untuk terus berjuang meraih
kesuksesan dunia dan akhirat. Amiiin. (HM, UF, AII)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar