Jumat, 28 Agustus 2009

Tidak Ingin Disakiti,Jangan Menyakiti!

Setelah sekian lama dinanti-nanti,akhirnya KAMUS mendapat kesempatan untuk membahas profil seseorang yang mempunyai peran penting dalam memajukan Madarasah Al-Musthofa ini. Beliau adalah Drs. M. Wachid, salah satu guru mata pelajaran UNAS yaitu Geografi, selain itu beliau juga mengajar mata pelajaran lain yakni Sejarah.
Saat pertama kali tahu bahwa yang menjadi target keempat sebagai uswatun khasanah adalah beliau, KAMUS merasa dag dig dug der tak karuan. Bukan karena KAMUS takut pada kumis beliau yang tipis memanjang, hanya saja KAMUS merasa segan bila harus bertatap muka langsung dan bercakap-cakap dengan beliau. Ya biasa, beliau adalah salah satu guru yang terkenal akan ketegasannya dan merupakan guru ketiga yang paling disegani setela kedua rekannya yang lain yakni Bapak Muslimin M.Pd. dan Bapak Sholikin S.Pd.
Janji untuk wawancarapun dibuat, tepat setelah shalat Ashar dikerjakan beliau sudah menunggu kami, para wartawan KAMUS di teras masjid sebelah selatan, karena kami tak mau membuat beliau terlalu lama menanti, kami pun bergegas menuju persinggahan beliau. Dengan langkah yang sedikit lunglai karena takut tadi KAMUSpun tiba tepat di hadapan beliau, belum sempat KAMUS berucap beliau terlebih dulu menyapa dengan sapaan lembut yang khas serta seulas senyum yang selalu tersungging dari bibirnya .
Berawal dari pertanyaan yang basa-basi akhirnya KAMUS bisa mengorek sedikit rahasia hidup beliau. Dan berikut adalah hasilnya :
Menurut Bapak, dari segi mana sich pelajar dikatakan nakal?
Pelajar bisa dikatakan bila dalam dirinya terjadi ketidak seimbangan antara frekuensi atau banyaknya waktu belajar dengan perilaku-perilaku yang menyimpang dari norma-norma sosial.

Jika memang demikian, Apakah ada hal-hal atau faktor yang mempengaruhi tingkat kenakalan pelajar?
Tentu saja ada! Diantaranya adalah efektifitas pengawasan yang diberi orang tua sangat minim, kurangnya motivasi belajar dalam benak mereka, serta interaksi mereka terhadap lingkungan yang terkesan bebas tak beradap. Baik itu lingkungan keluarga, sekolah, maupun lingkungan sekitarnya.

Lalu kenakalan apa yang sering Bapak temukan selama mengabdi di Madarasah ini?
Yang sering saya soroti dalam hal ini ada dua hal yang menurut saya paling vital. Pertama, dari segi ibadah! Saya prihatin melihat pelihat pelajar-pelajar di Madarasah ini yang sering mengabaikan ibadah, bahkan terkadang cuek dengan kewajiban itu. Kedua, dari segi kesopanan! Lunturnya norma kesopanan dalam diri setiap pelajar membuat madarasah ini seolah tak bernoma, berbuat seenaknya tanpa berfikir, pantas atau tidak hal itu dilakukan.

Perasaan Bapak sendiri melihat kenakalan-kenakalan pelajar tersebut, bagaimana?
(Untuk pertanyaan yang satu ini, Ayah dari dua anak, Ayu Wachidyah Maulidah dan Dwi Anjani Wachidyah Wardani ini untuk sesaat terdiam dan kemudian menjawab)
Saya merasa menangisi nasib mereka yang tidak tahu dan tidak mengerti tentang efek dari kenakalan-kenakalan yang mereka lakukan terhadap masa depannya. Dan atas dasar itulah saya berusaha keras untuk sedikit memberi kesadaran dan pengertian bahwa semua yang mereka lakukan itu salah serta menyimpang dari segala segi kehidupan.

Untuk merealisasikan keinginan bapak tersebut, apakah ada teori atau metode khusus yang Bapak terapkan?
Jelas ada yakni teori pendekatan emosional. Maksudnya, teori yang mengedepankan perasaan dan hati bukan kekerasan dan teori ini sudah saya terapkan sejak saya memutuskan untuk mengajar di madarasah ini. Dan ternyata teori ini terbukti ampuh bagi sebagian pelajar yang memang masih mempunyai hasrat untuk berubah. Sedangkan bagi sebagian yang lain teori ini tiadak efektif sama sekali, mereka memang tidak punya niatan untuk berubah.

Apakah ada kendala yang Bapak alami ketika mencoba untuk merubah kenakalan-kenakalan pelajar tersebut menjadi sesuatu yang lebih berarti?
Selama ini kendala yang sering saya rasakan hanya meliputi karakter setiap pelajar yang sangat kental sekali dalam pergaulan lingkungan. Perbedaan karakter itulah yang membuat keinginan saya sulit tercapai. Tapi hal itu tidak membuat saya patah arang dan akan tetap berusaha mewujudkan harapan saya.

Nah,KAMUS tadikan cuma tanya seputar kepribadian pelajar, Bagaimana kalau sekarang KAMUS sedikit tanya-tanya mengenai pribadi beliau?

Selain keinginan di atas, apa Bapak masih punya keinginan lain yang belum terwujud, dalam kehidupan pribadi mungkin?
Ada dua hal yang sampai sekarang masih saya cita-citakan dalam hidup. Pertama,Saya ingin mencapai pendidikan dan Kedua, saya ingin menjadi insan kamil yakni insan yang sempurna baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat.

Pesan Bapak bagi pelajar di Madarasah Al-Musthofa ini ?
Dalam hal ini, saya menyadur dari motto dan prinsip hidup saya, saya berpesan agar pelajar-pelajar di madarasah ini senantiasa bekerja keras yang dilandasi ibadah serta jangan pernah menyakiti hati orang lain jika tak ingin disakiti orang lain.


Wah………wah……….KAMUS jadi kagum nich sama Bapak Wachid, Pria yang lahir 07 April 1969 ini. Semangatnya itu lho, ya ampun nggak ada lunturnya! Moga-moga aja keinginan beliau terwujud! Amien….. wah bisa nggak ya suatu saat Kamus seperti beliau?
Oke dech Pak! Sebisa mungkin KAMUS dan pelajar akan merealisasikan harapan Bapak dalam memajukan madarasah ini dan dalam perbaikan akhlak para pelajar.
Tapi sayang banget guys, Bapak guru yang hobi banget sama olah raga bulutangkis dan makan ikan bakar juga lontong kupang ini mau melanjutkan kewajibanya sebagai seorang guru yakni berbagi ilmu kepada anak didiknya. Wawancarapun diakhiri dengan foto-foto dan jabatan tangan penghormatan atas apa yang beliau lakukan. (IAS, NIS, DEY, EY)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang

Anda masuk ke dalam komunitas Majalah Kamus,majalah yang dikelola oleh Siswa-siswi MI. MTs.MA. Al-Musthofa Canggu Jetis Mojokerto