Selasa, 04 Agustus 2009

Edisi: 3

TAHUN BARU
Oleh: Ziana Datul Khoiri (IXA)

Wah, sebentar lagi bakal ada pergantian tahun alias tahun baru. Aduh, bagaimana persiapan kamu ya menyongsong tahun baru kali ini? Pasti bakal ramai dan meriah khan? Biasanya yang paling sering adalah menyaksikan pesta kembang api di tengah-tengah kota atau di alun-alun. Begitu banyak yang direncanakan, bahkan siapa yang akan di ajak untuk merayakan tahun baru tersebut. Ada yang mengajak sekeluarga berjalan-jalan mengelilingi kota, ada yang mengajak doinya muter-muter kesana kesitu atau yang jomblo mengajak sesama teman yang jomblo untuk menikmati pergantian tahun tersebut. Atau yang paling “apes” adalah orang yang merayakan itu semua dengan keluarga di rumah.
Biasanya yang paling disukai para remaja terutama yang cowok adalah trek-trekan sesama temannya yang didukung pacarnya masing-masing. Mengelilingi kota dengan membunyikan motornya sekeras mungkin. Bising suasana membuat mereka menjadi puas. Aku jadi heran dan tentu saja berfikir apa remaja yang separti itu nggak punya rasa eman ya dengan bensinnya? Apa nggak rugi uang yang digunakan untuk membeli bensin digunakan hanya untuk menempuh perjalanan yang tidak jelas? Tapi yang namanya remaja kan jarang sekali berfikir sejauh itu, yang penting mereka senang dan bisa memuaskan keinginan, beres, perkara bensin dan energi yang terbuang percuma.
Yah, dengan merayakan tahun baru banyak rencana serta keinginan yang telah disusun. Ketika menyaksikan pesta kembang api dan peniupan terompet terbersit di benak sebagian orang untuk membuang kesusahan yang dialami. Melupakan kesuksesan yang tertunda karena kegagalan. Dengan tahun baru yang akan datang mereka bisa membuka lembaran baru. Memperbaiki sifat-sifat yang dulunya jelek menjadi baik tentunya. Dan yang dulunya yang bermasalah coba dilupakan diganti dengan keoptimisan untuk meraih kesuksesan. Intinya di tengah-tengah pesta mereka tidak ingin berfikir mundur tetapi jauh ke depan.
Tetapi, yang perlu di tegaskan, bukankah 1 januari itu sebetulnya kan tahun baru umat Kristen bukan? Tapi mengapa ya mayoritas umat Islam bersorak-sorai menyambutnya. Berbeda sekali dengan tahun baru Hijriah yang notabene milik umat Islam. Hanya disambut dengan sebelah mata bahkan banyak yang tidak tahu 1 Muharram telah tiba. Menyedihkan!
Tapi, ya begitulah budaya barat sudah semakin menelusup di benak manusia Indonesia tidak peduli agamanya yang dianut. Yang penting dengan datangnya tahun baru tersebut mereka bisa memikmati pesta kembang api, trek-trekan kesana kemari, meniup terompet sesuka hati ketika pada pukul 12 malam. Berteriak sekeras- kerasnya seakan-akan ingin melepaskan segala beban yang menghimpit sepanjang tahun kemarin.
Tapi bagi diriku nih. Tahun baru nggak usah kemana-mana deh. Karena dijalan raya pasti macet banget dan biasanya banyak terjadi kecelakaan yang tidak mungkin kita inginkan. Seandainya ketika kita maksa keluar dan terjadi apa-apa orang tualah yang paling susah karena bagaimana pun merekalah yang akan menaggung musibah yang kita alami. Nah dari pada seperti itu mending di rumah saja. Tapi yang namanya pendapat, semua boleh berbeda. Bisa saja kamu-kamu pasti lebih senang merayakan tahun baru di luar bersama teman-teman atau doi dari pada bersama keluarga sendiri. Karena kalau merayakan dengan keluarga kurang asyik khan tiap hari ketemu. Jadi nggak ada yang baru donk. Apalagi kalau merayakan di luar sekarang banyak disediakan tempat-tempat konser musik band yang meriah dan ramai banget, jauh banget khan jika merayakan dengan keluarga.
Kalau itu memang pilihan kalian terserah saja sih, namanya juga pendapat. Tapi seandainya kalian berfikir lebih jernih pasti lebih banyak setuju dengan pendapatku daripada tidaknya. Sebetulnya apa sih yang kita rayakan di luar? Paling juga kesenangan sesaat, bikin kantong tambah kempes, belum lagi resiko yang datangnya tanpa bisa di duga. Apalagi khususnya kaumku nih siapa lagi kalau bukan kaum hawa. Resiko menjadi dobel. Siapakah bisa menjamin bahwa ketika kita keluar akan selamat sampai pulang kembali. Doi kita? Apalagi, justru yang ada doi malah mengajak kita berbuat yang enggak-enggak dan kita dengan senangnya menuruti. Kita tak sadar bahwa yang begitu pihak ceweklah yang banyak dirugikan.
Nah, dengan berbagai resiko yang akan kita hadapi dengan merayakan tahun baru di luar, baiknya ikuti aja deh saranku kita tetap merayakan tahuan baru tapi dengan keluarga sendiri. Selain lebih aman hal ini juga bisa menjalin keakraban diantara anggota keluarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang

Anda masuk ke dalam komunitas Majalah Kamus,majalah yang dikelola oleh Siswa-siswi MI. MTs.MA. Al-Musthofa Canggu Jetis Mojokerto