Selasa, 04 Agustus 2009

Kismis Edisi 3

BUS HANTU
Oleh: Krisnawati (XIIA)

Gadis lugu dan cantik ini bekerja di pabrik tekstil di Semarang jauh dari kota asalnya, Surabaya. Sebut saja namanya Radisti. Hampir tiap 1 bulan sekali Disti pulang ke Surabaya untuk mengunjungi keluarganya. Di Semarang itu tiap tinggal di rumah kontrakan yang sangat sederhana. Disti sudah terbiasa hidup mandiri saat di pabrik ia berbincang-bincang dengan teman seprofesinya tentang rencananya nanti malam untuk pulang ke Surabaya.
“Kamu beneran mau pulang ke Surabaya nanti malam Dis?” tanya Kania temannya.
“ Iya, emang kenapa? Kamu mau ikut juga?” jawab Disti.
“Enggak, nanti malah merepotkan kamu. Aku cuma kawatir kalau kamu pulang malam-malam, sekarang rawan banget kecelakaan, apalagi kamu naik bus. Kenapa kamu nggak berangkat besok pagi aja. Dis?” tanyanya lagi.
“Aku males banget kalau harus berdesak-desakan dalam bus,” jawabnya
“Tapi, kamu khan bisa minta tolong di antarkan oleh Andre, dia kan pacar kamu. Lagian kamu kan cewek sangat riskan jika cewek bepergian sendirian,” sahutnya lagi.
“ Aduh, khawatirmu berlebihan deh. Udahlah nggak apa-apa koq Nia. Tenang aja lagian aku sudah biasa koq. Kalau minta tolong ke Andre kasihan dia. Dia kan sudah lelah bekerja seharian masa’ harus kutambahi lagi dengan mengantarkan aku. Bisa-bisa pingsan dia nanti,” canda Disti.
Saat malam tiba, Disti telah mempersiapkan segala keperluan selama dia pulang. Setelah berpamitan ke Nia, Disti berangkat dan nunggu bus di halte dekat rumah kontrakannya. Tapi aneh, tidak biasanya dia meninggu bus lewat selama ini. Sebab biasanya begitu banyak bus yang lewat situ. Kadang belum sampai tempat duduknya hangat, bus sudah lewat dan diapun sudah di bus untuk menuju tempat tujuannya.
Dua jam berlalu. Dan jam tangannya menunjukkan pukul 23.00. dengan perasaan gundah dia tetap menunggu dan berusaha bersikap tenang. Tak lama kemudian ia di kejutkan oleh sapaan hangat seseorang dari balik kaca helm.
“Hai Dis, lagi ngapain malam-malam begini duduk sendirian di halte?” Tanya suara itu. Ternyata Andre yang baru pulang dari kerja, mungkin dia kena lembur.
“Eh…Mas Andre. Lagi nungguin bus lewat” jawab Disti setengah terkejut.
“Buat apa nungguin bus, enakan nunguin aku. Memangnya kamu mau kemana, mau pulang ke Surabaya?” tanya Andre.
“Emm.. maunya. Iya Mas aku mau pulang ke Surabaya sebab tadi pagi aku dapat telfon memberi tahu kalau ibu sekarang lagi sakit. Tapi nggak tahu nih sudah hampir 2 jam aku menunggu tapi tak satu pun bus yang lewat,” gerutu Disti.
“Koq malam sekali sih. Besok khan masih ada waktu untuk kamu pulang. Lagian kamu nggak takut pulang sendirian malam-malam. Bagaimana kalau aku antarkan?” Andre menawarkan jasa.
“Nggak usah Mas, aku nggak mau merepotkan kamu. Mas kan sudah cukup capek hari ini. Mas pulang aja istirahat biar besok bisa bekerja lagi dengan giat.”
“Oke kalau nggak mau. Tapi bagaimana kalau aku temenin kamu sampai bus yang kamu in ginkan lewat?”
“Boleh aja.”
Dan Andre pun turun dari motornya. Mereka duduk berdua di bawah halte. Ngobrol ngalor ngidul entah apa yang mereka bicarakan. Tak lama kemudian ternyata bus jurusan Surabaya, yakni bus yang ditunggu Disti lewat. Andre menyetop bus itu.
“Bang, ini jurusan Surabaya khan, tolong ini teman saya mau ikut masih ada tempat khan?” Tanya Andre.
Kondektur hanya memandang dengan sorot mata aneh kepada Andre. Tidak menjawab sepatah katapun. Andre tak peduli karena biasanya memang kondektur ya begitu itu berlagak cuek. Tapi tidak bagi Disti. Ada sesuatu yang janggal pada kondektur itu. Sebab sekilas dilihatnya sorot matanya kosong. Tapi Disti tak ambil pusing. Dia tidak menunggu jawaban kondektur tersebut sebab menurutnya kalau memang tidak ada yang kosong masa’ bus ini mau berhenti. Sebelum naik diliriknya nopol bus. Dicatatnya dalam fikiran. Hal ini biasa Disti lakukan. Jaga-jaga barang kali ada kejadian yang tidak diinginkan.
“Oke. Mas Andre aku berangkat dulu ya?” pamit Disti.
“Hati-hati ya Dis. Nanti kalau sudah sampai di Surabaya telpon aku ya, biar aku tahu kabarmu” pesan Andre.
“Pasti!” jawab Disti singkat.
Disti langsung mencari duduk, tiba-tiba angin berdesir menerpa rambutnya. Bulu kuduk Disti tiba-tiba berdiri. Ia heran kenapa ada angin semilir ya padahal jendela bus tertutup semua. Akhirnya Disti mendapatkan tampat duduk di deretan nomor empat sebelah bapak-bapak kira-kira umur 40 tahunan.
Disti mulai merasa keanehan dalam bus ini. Ia mencoba melihat sekelilingnya. Mata mereka semua terbuka artinya belum ada yang tidur. Tapi mengapa mereka tidak saling ngobrol ya? Ia melirik ke depan melihat sopir dan keneknya terlihat di kaca wajah mereka pucat pasi. Dan lebih aneh lagi semua penumpang memakai baju yang seragam, putih semua! Meski modelnya bermacam-macam.
“Bapak darimana? Ini bus haji ya Pak koq semua memakai baju putih?” tanya Disti pada Bapak yang duduk di sebelahnya.
Tapi Bapak itu hanya tersenyum hampir-hampir mirip menyeringai. Disti merasa agak merinding dibuatnya. Lebih kaget lagi ketika kenek mencolek dirinya hampir saja dia melompat saking kagetnya. Disti cepat bisa menguasai dirinya ini berarti kenek ini meminta ongkos darinya. Distipun memberi uang 100 ribuan, dan kenek itu memberikan kembalian.
“Terima kasih” ucap Disti dan kenek itu hanya tersenyum, ya senyum yang mirip senyum bapak di sebelahnya.
Entah Disti semakin merasakan keanehan. Tapi untunglah itu tak berlangsung lama karena sebentar kemudian Disti sudah terlelap. Mungkin karena terlalu capek bekerja serta menunggu tadi sore. Disti bangun ketika dirinya ada yang mencolek, dengan sigap dia membuka matanya. Ternyata dia sudah sampai di terminal Surabaya. Diliriknya jam tangan ternyata menunjukkan pukul 04.00. masih terlalu larut untuk melanjutkan perjalanan. Tapi sebentar kenapa koq dia sampai pukul 04.00 ya padahal dengan perhitungannya jika berangkat dari semarang pukul 23.30 mestinya sampai di Surabaya pukul 07.30. ah, mungkin sopirnya ngebut, dasar sopir nggak eman sama nyawa. Disti Melepaskan penat duduk di peron terminal. Dia masih heran dengan kejadian-kejadian yang dialami. Disti mencoba menelpon Andre .
“Hallo,” kata andre di telpon .
“Hallo mas aku sudah tiba di Surabaya, udah gitu aja ya aku cuma mau ngabarin kamu aja koq” jelas Disti.
“Ya udah Dis, kamu hati-hati ya sayang, kalau kamu nanti sudah sampai rumah telfon aku lagi ya. Aku harus tahu kalau kamu sudah pasti selamat sampai rumah. Oh ya kamu pulang kapan nanti aku jemput ke Surabaya?” tanya Andre.
“Aku pulang lusa, ya udah mas aku tunggu lusa di Surabaya ya. Bye mas Andre”
“Bye sayang,” tambah Andre.
Setelah selesai menelfon Andre, Disti merasa haus meyerangnya. Dia langsung ambil botol minum yang dikasih Bapak sebelahnya tadi. Namun alangkah terkejutnya ternyata air didalam botol tersebut telah berubah warna merah. Disti mengamati dan membukanya, spontan dia membuang botol itu karna warna merah darah baunya anyir.
“Ahhhh…..” teriak Disti bersamaan dengan membuang botol tersebut. Mendengar teriakan Disti seorang petugas terminal datang menghampiri Disti dan mencoba menenangkannya.
“Mbak….mbak ada apa kok teriak-teriak?” tanya petugas itu.
“Itu ….itu pak ada darah di botol minum saya,” kata Disti sambil menunjukan botol yang di buangnya.
“Lho memangnya tadi nggak ya?”
“Nggak pak, tolong saya takut”
“Nggak usah takut mbak ada saya, memangnya mbak dari mana mau kemana?” tanya petugas itu selanjutnya.
“Saya baru tiba dari semarang, mau ke Surabaya,” jawab Disti .
“Trus mbak naik bus apa, dari tadi nggak ada bus yang tiba satu pun,” kata petugas itu heran.
“Saya barusan turun jurusan semarang-surabaya. Plat nomornya saya ingat betul yakni S1125DO. Mungkin bapak waktu itu tidur sehingga tidak tau ada bus tiba,” kata Disti .
“Saya sama sekali tidak tidur sejak tadi sebab ini waktu saya jaga. Tapi sebentar mbak kalau nggak salah plat yang mbak sebutkan itu bus yang kecelakkan tadi malam sekitar pukul 20.00, hei Jo sini kamu!” petugas itu memanggil temanya.
“Ada apa kok panggil-pangil, aku no” tanya orang yang di panggil Jo.
“Aku mau tanya benar nggak dengan bus yang plat nomor S1125DO itu yang kecelakaan kemarin, kamu lihat berita televisinya khan?”
“Benar sekali emangnya ada?” tanya jo selanjutnya.
“Nah benarkan mbak naik bus yang kecelakaan tadi?”
“Disti makin merinding mendengar penuturan petugas itu. Dalam kelakutannya ia mengeluarkan uang kembalian dan hanya ada kapas yang penuh dengan darah. Seketika Disti pingsan.
Dan saat dia sadar dia sudah di rumah orang tuanya. Dia ceritakan yang semua dialami pada keluarganya
“Makanya Dis, lain kali kalau pulang jangan malam-malam untung saja kamu nggak di bawa ke kuburan tapi di bawa ke terminal,” nasehat bapak Disti.
Disti hanya meringis ketakutan. Ya memang beruntunglah Disti tidak di ajak ke akhirat oleh mereka yng kecelakaan. Setelah kejadian tersebut, Disti jera untuk pulang malam-malam dan dengan sangat terpaksa ia minta pacarnya, Andre untuk mengantarkan pulang karena ia masih trauma untuk naik bus lagi …

17 komentar:

  1. Nama :adi agus
    KeLas :ixc
    Rubrik :Kismis

    serem Tapi TuLisanya Jangan bus HanTu jaya GiTu Dunk Norak BngT

    BalasHapus
  2. Nama :Teguh ari
    KeLas :ixc
    Rubrik :kismis

    serem.................................................................................................................................................

    BalasHapus
  3. assalamualaikum wr.wb
    hai mus,,,menurut aku yach...kismisnya kurang seru,,,klo setiap aku bc,,,gak merinding tuch???jadi pendapat aku yach,,,klo bkn kismis tuch yang serem,,buat setiap orang yang bc merinding dan ketagihan untuk membacanya???
    nama: is ida yani
    kelas:9c

    BalasHapus
  4. kismisnya kurang serem lain kali yng lebih serem lagi DOANG.........!!??
    NAMA:DWI INDRIANA
    KELAS:IXa

    BalasHapus
  5. pak hantu muka rata itu siapa n kismisnya serem abis

    BalasHapus
  6. lebih serem lgi dong............ kalaw makin serem ntr bcax makin semangat!

    Nama: NuraesHa indri Harinda (IX D)

    BalasHapus
  7. kurang serem mus..............
    Nama: Sri Utami (IX D)

    BalasHapus
  8. sereem banget mus...........
    Nama : ahmad rizal maulana aris (IX B)

    BalasHapus
  9. atik indriyani IXa

    kismisnya kurang seram dan kurang nyambung....

    BalasHapus
  10. kismisnya udah bagus tapi kurang serem ....
    ceritanya kurang nyambung
    masak orang udah mati bisa bicara.....
    dan kalau ceritanya itu dibikin serem aja biar semua orang yang baca bikin merinding ...

    atik indriyani IXa

    BalasHapus
  11. muz.......kismisx sbnrx udh bguz tp kurang serem dikit!!untuk edisi selanjutnya bikin yg lebih seruuuuuuuu lgie yachhhhh

    " Aminah Rachim K. " ( IX A )

    BalasHapus
  12. nama :nurul s
    kls :XII IPS
    ABSEN :32

    ASKUM MUS ......MUS KISMISNXA KURANG SEREM,

    BalasHapus
  13. hay mus ,,,, mus kismisnya kurang oke banget,dan kurang puas,menyeramkan .....

    nama : indriana sari
    kls : xI ips
    no absen: 21

    BalasHapus
  14. asskum mus, kismisnya bagus tapi koq kurang serem ea? kalau bisa membuat kismis dari jaman lalu atau tragedi yang nyata kan lebih baik menakutkan,,,, heheheheh

    nama : puji ternowati
    kls : xI ips
    no absen : 28

    BalasHapus
  15. asskum mus, kismisnya bagus tp cma kurang menarik dan menyeramkan aj mus....

    nama : fitri anggarini
    kls : xI ips
    no absen : 16

    BalasHapus
  16. hay mus,pk hari pinter dehhhh

    nama: putri yulia ninggsih
    kls: xI ips

    BalasHapus
  17. kismisnya udh oke kuq

    nama: imam bayaqi
    kls: xI ips

    BalasHapus

Selamat Datang

Anda masuk ke dalam komunitas Majalah Kamus,majalah yang dikelola oleh Siswa-siswi MI. MTs.MA. Al-Musthofa Canggu Jetis Mojokerto