Kamis, 18 Februari 2010


Edisi 6
NURI, BINTANG MAAFKAN AKU
Oleh: Indah Arum Sari

“Honey, jika suatu saat nanti aku pergi, jangan sedih ya?!.” pinta Nuri kepada Arum.
“Kenapa honey bilang seperti itu, nggak akan ada yang kemana-mana, apakah honey sudah tidak sayang aku lagi?” tanya Arum dengan mata yang berkaca-kaca.
“Bukannya aku nggak sayang sayang lagi sama kamu, tapi aku nggak bisa membantah keinginan orang tuaku,” jawab Nuri.
“Maksudnya apa?”
“Karena pekerjaan ayahku yang berpindah-pindah, mungkin setelah lulus sekolah nanti aku akan pindah rumah.”
“Jadi, kita tidak akan bertemu lagi?” tanya Arum dengan penuh harapan.
“Tenang honey, kita masih bisa berkomunikasi lewat Hape dan chating & E-mail kan. Ingat kata pepatah, “Kalau memang sudah jodoh dimana saja pasti bertemu!” hibur Nuri.
Tiga puluh menit berlalu, bel masuk kelaspun berbunyi. Nuri dan Arum bergegas masuk ke kelas masing-masing. Kelas mereka memang berbeda. Nuri sudah menginjak ke kelas XII MA sedangkan Arum masih kelas XI MA. Meskipun kelasnya berbeda, mereka sering mnghabiskan waktu bersama.
Setelah pelajaran terakhir usai, bel sekolah berbunyi. Seperti biasanya Nuri selalu menunggu Arum di depan pintu gerbang sekolah sambil membawa motor keren miliknya untuk mengantar Arum pulang.
“Sudah siap?” tanya Nuri, “kalau sudah, ayo cepat naik biar nyampe’ rumahnya juga cepat nggak kemalaman.”

“Ya, aku sudah siap!” jawab Arum tanpa semangat padahal biasanya selalu ceria dan tersenyum tiap kali pulang bersama Nuri.
Sesampainya di rumah, Arum diam seribu bahasa. Setiap malam dia duduk di teras rumahnya sambil memandangi bintang-bintang di langit.
“Hai cewek, lagi ngapain nich, mau ditemani nggak?” sapa Bintang tetangga Arum yang sudah bekerja.
“Eh...kak Bintang. Sini kak! Udah lama kakak nggak pernah main ke rumahku kan.”
“Akhir-akhir ini aku memang sibuk banget, maklum banyak kerjaan. Btw kamu kok kelihatan sedih, hayo ada masalah ya, cerita donk sama kakak. Siapa tau kakak bisa bantu.”
“Nggak ada apa-apa kok kak,” jawab Arum sambil berusaha tersenyum.
“Jangan bohong, kamu pasti ada masalah, ayo cerita ke kakak!”
“Beneran, aku nggak ada masalah,” bujuk Arum untuk meyakinkan Bintang.
“Aku ini sudah bertahun-tahun mengenalmu, jadi aku tahu apa yang kamu rasakan saat ini, karena kamu tidak seperti biasanya, Arum yang aku kenal sangat ceria nggak murung seperti ini.”
Akhirnya Arum memutuskan untuk bercerita tentang masalahnya ke Bintang.
Arum mulai bercerita, “Begini lho kak, kak Bintang tahu kan pacarku Nuri?”
“Ya iyala aku tau, pacar kamu Nuri itu kan sering main kesini, memangnya ada apa dengan dia?”
“Dia mau pergi kak, nggak tahu kemana.”
Bintang mencoba menghibur Arum, “Sudahlah Rum, ikhlaskan saja Nuri pergi. Kalian kan masih bisa hubungan lewat Hand Phone.”
“Ya kak, Nuri juga bilang seperti itu ke aku. Makasih ya, kak Bintang udah mau menjadi teman curhat buat aku.”
“Sama-sama, aku juga senang kok jadi teman curhat kamu. Udah dulu ya, aku ngantuk banget nich besok kerja berangkat pagi. Pulang dulu ya, selamat malam!”
“Malam juga kak, semoga mimpi indah.”
Hari berganti hari, waktu cepat berlalu akhirnya tibalah waktu kelulusan dan kenaikan kelas. Setelah Ujian Akhir berlalu. Seperti yang sudah dibilang Nuri akan meninggalkan Arum.
“Tahu nggak honey, aku senang banget karena bisa lulus dan kamu naik ke kelas XII,” kata Nuri sambil tersenyum bahagia, tapi kenapa honey kok kelihatan sedih?”
“Aku sedih karena aku akan kehilanganmu,” jawab Arum
“Oh ya, aku ingat kalau akan pergi, mungkin lusa orang tuaku mengajak berangkat.”
“Secepat itu honey?” tanya Arum
Nuri mencoba memberi pengertian kepada Arum, “Jangan sedih, kamu memang kehilangan diriku tapi tidak untuk cintaku, kamu akan selalu ada dalam hatiku.”
“Kamu juga akan selalu ada dalam ingatanku,” janji Arum
setelah kepergian Nuri yang selalu menemani dan buat Arum tersenyum hanyalah Bintang. Arum sangat senang karena hampir setiap hari Nuri menelphonnya. Akan tetapi kebahagiaan itu berakhir semenjak satu tahun lamanya Nuri tidak pernah menghubunginya lagi.
Dengan berjalannya waktu Arum mencoba untuk melupakan Nuri meski harus menngingkari janjinya. Arum tidak pernah merasa kesepian karena kak Bintang selalu ada untuknya. Karena sering bersama, dari kasih sayang menjadi cinta. Akhirnya kak Bintang memberanikan diri menyatakan cinta kepada Arum. Seperti orang jawa bilang Tresno jalaran saka kulino.
Setelah mendengar kata cinta dari Bintang, Arum jadi berfikir dan mengingat masa lalunya dengan Nuri. Tapi menurut Arum selama ini Bintang bisa membuatnya bahagia. Akhirnya Arum meminta waktu kepada Bintang untuk menjawab.
“Rum, ada telphon nich!” teriak ibunda Arum.
“Dari siapa bunda?” tanya Arum.
“Kalau nggak salah, dari Nuri pacar kamu itu lho.”
Mendengar nama Nuri, badan Arum jadi panas dingin.
“Hallo honey, kangen nggak sama aku, oh ya besok aku kembali kesana dan langsung ke rumah kamu. Tunggu aku ya!” sapa Nuri dalam telphon.
“I,,i,,i,,ya.” Jawab Arum dengan suara yang gagap dan menutup telphonnya.
Arum jadi bingung karena besok dia sudah berjanji akan memberi jawaban pada kak Bintang di rumahnya. Hari esok pun tiba. Kak Bintang datang ke rumah Arum untuk mendengar jawaban atas cintanya. Tiga menit kemudian, Nuri juga tiba di rumah Arum. Setelah berfikir semalaman akhirnya Arum siap untuk menghadapi 2 cowok yang sangat berarti baginya.
“Arum, apa kamu menerima cintaku?” tanya Bintang yang penuh harapan.
“Honey, apa kamu juga masih mencintai aku?” tanya Nuri.
Setelah menghela nafas panjang dan dengan jiwa yang besar, Arum menjawab satu persatu dari pertanyaan yang diajukan.
“Untuk Kak Bintang, aku suka sama kakak karena selama ini sudah menjadi teman curhat yang baik, tapi aku tidak bisa menerima cinta kakak. Karena kak Bintang sudah aku anggap seperti kakak kandungku sendiri. Kalau untuk Nuri, bukannya aku tidak sayang lagi sama kamu. Setelah satu tahun kamu menghilang tanpa kabar aku jadi bingung dengan perasaanku sendiri ke kamu. Dan jawaban aku tidak bisa menerima cinta kalian berdua.”
“Kenapa?” kata Bintang dan Nuri serempak bertanya.
“Karena aku tidak ingin menyakiti hati salah satu dari kalian berdua.”
Nuri dan Bintang berkata, “Kami tidak akan sakit hati, asalkan kamu bahagia.”
“Keputusanku tetap, aku lebih memilih memiliki sahabat terbaik seperti kalian berdua walaupun aku harus kehilangan cinta. Aku ingin kalian berdua ikhlas dan rela jadi sahabatku, “pinta Arum.
“Kalau itu keputusanmu, aku ikhlas menerimanya, “jawab Bintang.
Nuri berkata dengan lapang dada, “Aku juga.”
Sambil berjabat tangan, mereka bertiga mengucapkan “FRIEND FOREVER.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang

Anda masuk ke dalam komunitas Majalah Kamus,majalah yang dikelola oleh Siswa-siswi MI. MTs.MA. Al-Musthofa Canggu Jetis Mojokerto