Sabtu, 28 Juni 2014

KH.Musthofa Tak Pernah “Mati”




KH.Musthofa yang bernama asli Musthofa Bin Singokerto adalah putra Singokerto orang Kedung Klinter Ds. Canggu Kec. Jetis Kab. Mojokerto. Beliau menikah dua kali. Satu bernama Marfuah yang mempunyai satu putra bernama Ibrahim. Setelah istri pertama beliau maninggal beliau menikah lagi. Dengan istri kedua ini beliau tidak mempunyai anak.
Pada masa mudanya beliau di uji oleh Allah SWT. sebagai pencuri dan hasilnya di bagi-bagikan kepada fakir miskin, tetapi beliau tidak pernah merusak dan melukai orang karena beliau bisa menghilang dengan adanya sorotan lampu. Pada suatu hari beliau dikejar orang karena ketahuan mencuri, beliau bersembunyi di pemakaman dan saat itu bertepatan dengan adzan Magrib dikumandangkan, beliau berkata

“Orang-orang pada menyembah Allah kenapa aku disini?” dengan meneteskan air mata, “aku harus bertaubat’
Sejak itulah beliau bertekad untuk memperbaiki dirinya dengan bertaubat nasuha. Berangkatlah beliau ke pondok pesantren dan sampailah beliau disebuah musolla panggung di Desa Sumaji disekitar Krian. Disinilah beliau dihina dan diusir, tetapi beliau tidak mau pergi. Meski tidak boleh masuk kedalam musolla beliau tetap disitu hingga malam harinya. Beliau tidur ditangga musolla pondok panggung tadi. Ketika malam semakin larut, seperti biasa kyai yang mengasuh pondok berkeliling bermaksud membangunkan santri-santrinya untuk sholat tahajjud. Ketika itulah sang kyai kaget kepalang karena melihat pancaran sinar yang seperti matahari di serambi masjid. Didekatilah sinar itu, hampir saja kyai tidak bisa melihat siapa sang pemilik sinar itu karma silaunya. Ternyata sinar itu keluar dari Musthofa remaja yang tadi pagi ini belajar ke beliau.
Dari peristiwa itu sadarlah kyai bahwa anak ini bukan anak sembarangan. Maka, mulailah Musthofa menimba ilmu dari kyai. Setelah beberapa tahun dan ilmu yang di dapat telah cukup Musthofa disuruh pulang un tuk membangun pondok pesantren.
Tetapi beliau tidak langsung pulang karena merasa ilmunya belum cukup, beliau melanjutkan ke Pondok Pesantren Sidoresmo Surabaya. Di sinipun beliau banyak mengalami hal-hal yang di luar nalar. Sehingga Sang  Kyai pengasuh merasa bahwa Musthofa ini mempunyai ilmu ladunni, maka disuruh pulang saja dan secepatnya mendirikan pesantren.
Musthofa yang kemudian dikenal dengan KH. Musthofa mendirikan masjid Al-Musthofa yang tanahnya dari Bpk. H Fadhelan. Lalu beliau membangun Madrasah Al-Musthofa pada tahun 1957 yang tanahnya milik dari Bapak Sokib. Tidak lama kemudian muridnya satu persatu berdatangan dari Mojosari, Bangsal, Mojoagung, dan banyak lagi. Beliau wafat pada 27 september 1959.
Selain dikenal sebagai Kyai di Desa Canggu, beliau juga merupakan guru mursyid Thariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah, ribuan murid telah menimba ilmu dari beliau.
Sengan jasanya yang besar dan mulia, tentu saja santri-santriya tidak ada yang lupa dengan beliau. Santri-santrinya, dan masyarakat sekitar mengadakan haul KH. Mustofa dengan cara semaan Al-Quran Hari Rabu oleh sedangakan sorenya pembacaan manakib. Tidak berhenti sampai disitu kami siangnya masih ada semaan lagi serta tahlil diikuti oleh seluruh jama’ah yang datang. Sedangkan tahun 2014 peringatan haul itu telah dilaksanakan pada kali ke-59.
Setiap tahun itulah KH. Musthofa seakan-akan hidup kembali ditengah-tengah jama ‘ah membimbing pada ibadah yang lebih khusu’ serta memberi uswah yang baik agar setiap jama‘ah senatiasa menauladani apa yang beliau lakukan sealama hidupnya. Memang KH.Musthofa takkan pernah “mati”!

1 komentar:

  1. Kasih linknya ke medsos dong, biar bs dipublish&blognya semakin ramai dikunjugi.

    BalasHapus

Selamat Datang

Anda masuk ke dalam komunitas Majalah Kamus,majalah yang dikelola oleh Siswa-siswi MI. MTs.MA. Al-Musthofa Canggu Jetis Mojokerto